Puskesmas Surabaya Tak Semua Buka 24 Jam di Hari Libur, Masyarakat Lebih sering Hubungi 112

Puskesmas Dukuh Kupang.--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Tidak semua Puskesmas di SURABAYA beroperasi 24 jam penuh, terutama di hari libur, Sabtu, Minggu, dan tanggal merah.
Hal ini disampaikan oleh salah satu perawat Puskesmas Pemerintah Surabaya, Tria. Ia menjelaskan bahwa hanya beberapa Puskesmas dengan fasilitas rawat inap, seperti Puskesmas Simo, Banyuurip, dan Balongsari, yang buka 24 jam.
BACA JUGA:Layanan Puskesmas 24 Jam di Surabaya Tingkatkan Akses Kesehatan Masyarakat
Mini Kidi--
Puskesmas lainnya tetap melayani masyarakat di hari libur, namun bukan selama 24 jam. Informasi mengenai jam operasional ini telah diumumkan kepada masyarakat melalui Instagram. Tria menekankan bahwa kebijakan ini diambil karena beberapa pertimbangan.
"Sebenarnya, Puskesmas 24 jam tidak terlalu diperlukan karena sudah banyak rumah sakit di Surabaya, ditambah lagi adanya Command Center 112," ujar Tria.
Ia menambahkan bahwa operasional 24 jam di Puskesmas justru menyebabkan pemborosan energi dan tenaga petugas.
BACA JUGA:Dua Bocah Tenggelam di Rawa Asemrowo: Sempat Dibawa ke Puskesmas, Nyawa Tak Tertolong
Petugas Puskesmas juga memiliki banyak kegiatan di pagi hari, seperti penyuluhan di Posyandu. Berbeda dengan rumah sakit yang memiliki petugas tetap di UGD dan ruang tindakan, petugas Puskesmas memiliki mobilitas tinggi. Layanan di Puskesmas pada sore hari memang sudah ada sejak lama, namun layanan malam hari dinilai kurang efektif dan tenaga petugas menjadi terkuras.
Untuk kasus darurat di malam hari, masyarakat biasanya menghubungi Command Center 112, sehingga petugas puskesmas tidak berfungsi.
Tria menjelaskan bahwa petugas kesehatan di Puskesmas tidak selalu siaga di malam hari. Mengenai pelayanan BPJS Kesehatan, masyarakat diarahkan untuk ke rumah sakit. Jika kondisi pasien tidak gawat darurat, maka pasien tetap harus membayar biaya pengobatan, meskipun memiliki BPJS.
BACA JUGA:Perkuat Penanganan HIV, Pemkot Surabaya Beri Akses Obat ARV Gratis di 64 Puskesmas dan Rumah Sakit
"Rumah sakit, terutama UGD, akan menilai kegawatan pasien. Jika tidak gawat darurat, pasien harus membayar," jelas Tria.
Keputusan mengenai kegawatan pasien ada di tangan dokter UGD, sehingga seringkali menimbulkan komplain dari masyarakat karena harus membayar. Untuk rujukan dengan BPJS, pasien harus melalui poliklinik. Pengumuman mengenai kebijakan ini juga telah disampaikan kepada masyarakat.(rio)
Sumber: