Optimalkan Penanganan Banjir, DPRD Surabaya Dorong Pemkot Gunakan Inovasi Alat Penyedot Sedimen
Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Achmad Nurdjayanto.--
"Masih ada nya daerah yang tergenang air waktu hujan bisa jadi bukan karena masalah koneksitas saluran, tapi masalah perawatan dan tinggi nya sedimen. Jika dibiarkan tanpa inovasi, potensi kerugian akibat banjir akan terus meningkat dan membebani anggaran kota di masa depan” tuturnya.
BACA JUGA:DPRD Surabaya Desak Pemkot Umumkan Daftar Hitam Pengembang Nakal Tak Patuh Pajak
Menurut Achmad, anggaran sebesar Rp1,4 triliun yang disampaikan oleh Wali Kota Eri yang dialokasikan untuk penanganan banjir harus digunakan secara efektif.
Ia berharap sebagian anggaran tersebut dapat dialokasikan untuk pengadaan alat penyedot sedimen, sehingga pemkot memiliki solusi yang lebih praktis dan hemat biaya.
"Beberapa daerah di Indonesia ini juga sudah memiliki alat itu, bahkan kemeterian PU juga sudah memiliki alat itu," ujarnya.
BACA JUGA:Komisi B DPRD Surabaya Dukung Penuh Upaya Pemkot Revitalisasi Wisata
Achmad juga menyoroti pentingnya normalisasi saluran primer yang tertutup, seperti di kawasan Menur dan Banyu Urip.
Ia menilai bahwa tenaga manusia sudah tidak memungkinkan untuk menangani saluran besar semacam itu.
“Volume air di saluran besar sering kali berkurang akibat sedimentasi tinggi, sehingga air meluber ke jalan. Harapannya, pemkot segera mengambil langkah inovatif dengan menggunakan alat modern untuk membersihkan saluran tersebut. Alat ini juga tidak akan mubazir karena bisa digunakan untuk berbagai keperluan perawatan lainnya,” paparnya.
BACA JUGA:Ketua Komisi D DPRD Surabaya Desak Pemkot Serius Awasi Kandungan Mihol yang Beredar di Pasaran
Selain alat penyedot sedimen, Achmad juga mengusulkan pembuatan sumur vertical sebagai tempat untuk menampung air hujan sehingga mampu mengurangi debit air dan men-delay air masuk ke saluran.
Ia menegaskan bahwa sumur vertical ini bukan sumur resapan yang hanya berdiameter kecil namun, memiliki sumur diameter besar seperti pada sumur umumnya yang berfungsi sebagai penampung air ketika hujan dan hydrant ketika musim kemarau.
“Pemkot bisa membuat sistem pipa resapan vertikal, seperti yang dilakukan di Jepang. Pipa vertikal dengan kedalaman 20 meter bisa menjadi solusi yang lebih cepat dan efektif. Biayanya juga lebih hemat karena tidak memerlukan pembongkaran saluran besar,” pungkasnya.(alf)
Sumber: