Bahaya Konsumsi Antibiotik Sembarangan, Begini Penjelasan Dokter Spesialis Mikrobiologi RSUD Jombang

Spesialis Mikrobiologi Klinik RSUD Jombang , dr. Merry Puspita, M.Ked.Klin., Sp.MK dalam Humas RSUD Menyapa.--
"Karena pada dasarnya bakteri pasti ada di seluruh makhluk hidup dan lingkungan, atau biasa disebut sebagai flora normal," ungkapnya.
BACA JUGA:Tingkatkan Kualitas Pelayanan Publik, RSUD Jombang Raih 3 Penghargaan Sekaligus
Menurut dr. Merry, jangan sampai salah kaprah memberikan antibiotik kepada hewan dengan tujuan agar hewan menjadi lebih gemuk. Karena penyalahgunaan konsumsi antibiotik ini juga bisa menyebabkan kuman di badan hewan atau di lingkungan pertanian menjadi kebal.
"Jika kuman ini masuk lewat luka petani atau peternak, maka individu tersebut bisa terinfeksi bakteri kebal antibiotik," ujarnya.
Untuk itu, permasalahan ini perlu disadari oleh seluruh lapisan masyarakat. Jika semua orang sadar akan besarnya efek konsumsi antibiotik yang tidak tepat untuk manusia, hewan maupun tumbuhan, maka tidak akan ada lagi orang yang sembarangan membeli antibiotik sendiri, mengkonsumsi antibiotik tidak sesuai anjuran dokter (mulai dari dosis hingga durasi) dan tidak menghabiskan antibiotik.
BACA JUGA:Bersama FKTP, RSUD Jombang Cegah Stroke dan Diabetes
"Selain hal-hal yang tadi disebutkan, tentu saja yang paling utama adalah usaha menjaga kesehatan badan, yaitu dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," kata dr. Merry.
Karena, dr. Merry memaparkan, semua penyakit infeksi bisa dilawan oleh sistem imun yang kuat yang tidak didapatkan dengan instan dan cuma-cuma. Tapi perlu diusahakan dengan makan makanan yang bergizi, olah raga teratur.
"Menjaga pikiran tetap positif, mengatur jam istirahat dan bekerja, dan banyak lagi hal baik lainnya," paparnya.
BACA JUGA:Poli Eksekutif, Layanan Unggulan RSUD Jombang
Kemudian dr. Merry pun menjelaskan, apabila infeksi tidak kunjung sembuh, maka perlu dicari penyebab infeksinya, atau yang biasa disebut agen infeksi. Penentuan agen infeksi ini, untuk identifikasi dan pemilihan jenis antibiotik yang tepat, terapi yang tepat, bisa dilakukan lewat pemeriksaan yang namanya Kultur (tes medis yang dilakukan untuk mendeteksi infeksi bakteri atau jamur, serta mengidentifikasi jenisnya). Kultur dari sample apapun dari sumber infeksinya.
"Jika pasien batuk lama tidak sembuh-sembuh, kita ambil dahaknya untuk di cek kultur. Jika ada luka yang tidak sembuh-sembuh akan diambil dari area lukanya, jika pasien demam lama tidak sembuh-sembuh akan diambil sampel darahnya. Jika pasien infeksi saluran kemih maka diambil sampel urin nya, dan lain - lain. Jadi sampelnya bisa apa saja, tergantung dari sumber infeksinya," jelasnya.
Dari pemeriksaan kultur itu, dr. Merry melanjutkan, bisa tahu penyebab infeksinya apa, nama bakterinya apa, kemudian antibiotik yang tepat apa. Dan untuk hasil dari pemeriksaan kultur, dibutuhkan waktu paling cepat dua hari.
BACA JUGA:Peringati Hari Paru-Paru Sedunia, Dokter Spesialis Paru RSUD Jombang Jelaskan Bahaya PPOK
"Karena butuh waktu cukup untuk menumbuhkan bakterinya, kemudian menganalisa dan menentukan terapi yang tepat," lanjutnya.
Sumber: