Kepemimpinan Prabowo: Perspektif Teori Kepemimpinan Terkini dan Dinamika Usia dalam Hubungan dengan Wapres
Dr Fariz. (dok)--
Penulis: Dr. Fariz ([email protected])
Researcher and Lecturer School of Economics and Business, Telkom University
Terpilihnya Prabowo Subianto sebagai Presiden Indonesia bersama wakil Presiden yang memiliki rentang usia yang jauh lebih muda menimbulkan diskusi menarik tentang pola kepemimpinan yang akan diterapkan dalam pemerintahan mendatang. Dinamika ini tidak hanya memengaruhi strategi kepemimpinan, tetapi juga pola kerja antara pemimpin senior dan wakil yang lebih muda. Dalam analisis ini, kita akan membahas pola kepemimpinan Prabowo melalui berbagai teori kepemimpinan terbaru (2020-2024) dan dampaknya terhadap hubungan kerja dengan wakil Presiden yang berbeda usia signifikan.
1. Kepemimpinan Transformasional dan Intergenerasional
Teori kepemimpinan transformasional masih menjadi rujukan utama dalam diskusi kepemimpinan kontemporer. Kepemimpinan ini menekankan pada kemampuan seorang pemimpin untuk menginspirasi pengikutnya dan memotivasi perubahan. Prabowo Subianto, dengan latar belakangnya yang tegas dan nasionalis, telah menunjukkan kapasitas ini dalam membangun visi bersama untuk Indonesia. Namun, dinamika transformasional semakin menonjol saat diterapkan dalam konteks intergenerasional, di mana perbedaan usia menjadi faktor penting dalam pembentukan hubungan kerja.
Menurut studi terbaru dari Gotsis dan Grimani (2022), kepemimpinan intergenerasional dapat menghasilkan kolaborasi yang lebih kreatif dan inovatif, terutama ketika ada sinergi antara pengalaman pemimpin senior dan pemikiran segar dari generasi yang lebih muda. Dalam hal ini, perbedaan usia antara Prabowo dan wakilnya bisa menjadi kekuatan utama, di mana Prabowo membawa pengalaman, stabilitas, dan visi jangka panjang, sementara wakil presiden yang lebih muda dapat membawa inovasi dan perspektif baru yang segar dalam menghadapi tantangan global.
Salah satu teori kepemimpinan terbaru yang relevan dalam konteks pemerintahan Prabowo dan wakilnya adalah teori kepemimpinan adaptif yang dipopulerkan oleh Heifetz et al. (2020). Kepemimpinan adaptif menekankan pentingnya pemimpin untuk beradaptasi dengan perubahan lingkungan sosial dan politik, serta mengelola kompleksitas dan ketidakpastian. Dalam situasi di mana presiden dan wakilnya memiliki perbedaan generasi, kepemimpinan adaptif sangat penting.
Prabowo, dengan pengalamannya sebagai pemimpin senior, perlu mampu mengelola perubahan yang cepat, sementara wakil presiden yang lebih muda mungkin lebih tanggap terhadap teknologi dan perubahan sosial yang cepat. Dengan menerapkan kepemimpinan adaptif, Prabowo dapat menyeimbangkan pendekatan tradisional dengan inovasi modern, memanfaatkan perbedaan usia untuk menciptakan pemerintahan yang fleksibel dan responsif terhadap perubahan zaman.
3. Kepemimpinan Kolaboratif dalam Konteks Multigenerasi
Teori kepemimpinan kolaboratif, seperti yang dipaparkan oleh Uhl-Bien dan Arena (2021), menekankan pentingnya kerja sama antara berbagai pemangku kepentingan untuk mencapai tujuan bersama. Dalam pemerintahan yang terdiri dari pemimpin senior dan wakil muda, pendekatan kolaboratif menjadi sangat penting untuk memastikan setiap ide dan perspektif dihargai dan diterapkan secara efektif.
Perbedaan usia antara Prabowo dan wakil presiden menciptakan peluang untuk memperkuat model kepemimpinan kolaboratif. Kombinasi antara pengalaman politik dan pandangan strategis Prabowo dengan kreativitas dan dinamisme wakilnya memungkinkan munculnya inovasi dalam kebijakan publik. Kepemimpinan kolaboratif ini juga memfasilitasi komunikasi yang lebih baik antara generasi, yang penting dalam pemerintahan yang melayani populasi multigenerasi.
4. Teori Kepemimpinan Servant Leadership di Era Digital
Dalam konteks kepemimpinan yang semakin terhubung dengan teknologi dan digitalisasi, teori kepemimpinan servant leadership mendapatkan perhatian baru. Teori ini, yang berakar dari konsep Greenleaf (1977) dan dipopulerkan kembali dalam studi oleh Eva et al. (2022), menekankan pada pelayanan kepada orang lain sebagai tujuan utama seorang pemimpin.
Sumber: