Digitalisasi vs Nasionalisme, Bagaimana Menanamkan Semangat Sumpah Pemuda pada Generasi Alpha?

Digitalisasi vs Nasionalisme, Bagaimana Menanamkan Semangat Sumpah Pemuda pada Generasi Alpha?

Pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus digitalisasi, tantangan menanamkan semangat Sumpah Pemuda di kalangan Generasi Alpha menjadi lebih kompleks--Freepik

MEMORANDUM.CO.ID - Peringatan Hari Sumpah Pemuda yang jatuh setiap tanggal 28 Oktober selalu menjadi momen penting dalam perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Di tengah pesatnya perkembangan teknologi dan derasnya arus digitalisasi, tantangan untuk menanamkan semangat Sumpah Pemuda di kalangan Generasi Alpha menjadi lebih kompleks.

Generasi ini, yang lahir pada kisaran tahun 2010 hingga 2025, tumbuh di tengah gempuran teknologi digital yang memengaruhi cara berpikir, belajar, hingga bersosialisasi.

Sumpah Pemuda, sebagai deklarasi persatuan yang dilahirkan oleh para pemuda Indonesia pada tahun 1928, masih menjadi tonggak penting dalam memperkuat jati diri bangsa.

BACA JUGA:Simbol Persatuan dalam Logo Hari Sumpah Pemuda ke-96, Makna Mendalam di Balik Setiap Garis

Namun, di era digital, pemaknaan terhadap nilai-nilai tersebut membutuhkan pendekatan baru yang relevan dengan gaya hidup dan minat Generasi Alpha.

1. Tantangan Generasi Alpha Di Era Digital

Di satu sisi, teknologi digital menghadirkan peluang luar biasa bagi Generasi Alpha untuk mendapatkan informasi secara cepat dan mudah.

Mereka hidup di dunia yang terkoneksi secara global, di mana batas-batas fisik dan waktu seolah tidak lagi relevan.

Akses ke berbagai platform media sosial, situs berita, dan konten pendidikan membuat mereka memiliki ruang eksplorasi tanpa batas.

Namun, di sisi lain, kehadiran teknologi juga menimbulkan tantangan tersendiri, terutama dalam hal identitas nasional dan semangat kebangsaan.

Salah satu tantangan terbesarnya bagaimana nilai-nilai persatuan, bahasa, dan identitas bangsa bisa terus tertanam kuat di tengah derasnya pengaruh budaya luar.

BACA JUGA:Kesuksesan Versi Gen Z: Antara Harta, Kebahagiaan, dan Tekanan Sosial Media

Konten digital yang kerap berorientasi pada tren global bisa dengan mudah mengaburkan pemahaman dan kepedulian Generasi Alpha terhadap nilai-nilai lokal.

Apalagi, algoritma media sosial sering kali lebih mendorong popularitas daripada substansi, membuat informasi yang viral belum tentu membawa pesan positif atau relevan dengan nilai Sumpah Pemuda.

2. Merawat Api Sumpah Pemuda di Tengah Digitalisasi Untuk Generasi Alpha

Untuk menghadapi tantangan ini, peran keluarga, lembaga pendidikan, dan pemerintah menjadi sangat krusial.

Masyarakat perlu memastikan bahwa Generasi Alpha tidak hanya menjadi konsumen teknologi, tetapi juga penggerak perubahan yang memanfaatkan teknologi untuk memajukan bangsa.

Salah satunya dengan mengedukasi mereka tentang sejarah dan makna di balik Sumpah Pemuda, serta cara-cara modern dalam mewujudkan semangat tersebut.

Pemanfaatan platform digital secara kreatif dapat menjadi salah satu solusinya.

Kampanye tentang nasionalisme, toleransi, dan keragaman bisa dibalut dalam konten-konten yang menarik bagi Generasi Alpha, seperti video pendek, infografis interaktif, hingga permainan edukatif.

Dengan pendekatan yang inovatif, nilai-nilai persatuan dan kebangsaan bisa diterjemahkan dalam bentuk yang lebih relevan dan mudah dipahami oleh generasi yang sudah terbiasa dengan kecepatan informasi.

Selain itu, penting juga bagi para orang tua dan pendidik untuk mengajarkan kritis terhadap konten digital.

Generasi Alpha harus dilatih untuk memilah informasi yang mereka terima, serta memahami dampak dari penggunaan teknologi yang tidak bijaksana.

Hal ini termasuk memahami pentingnya menjaga budaya dan identitas bangsa di tengah arus globalisasi yang semakin kuat.

3. Melangkah Menuju Masa Depan

Generasi Alpha memiliki potensi luar biasa untuk menjadi penerus perjuangan bangsa, terutama dengan keterampilan mereka yang mumpuni dalam teknologi digital.

BACA JUGA:Tren Fashion Gen Z: Ekspresi Diri dan Keunikan

Namun, tantangan utama adalah bagaimana mereka bisa merawat api Sumpah Pemuda di tengah dinamika zaman yang terus berubah. Di sinilah diperlukan sinergi antara teknologi dan nilai-nilai kebangsaan.

Merawat semangat Sumpah Pemuda di era digital bukan berarti menolak modernisasi, melainkan menemukan cara agar nilai-nilai persatuan, bahasa, dan kebangsaan tetap hidup dan berkembang di hati Generasi Alpha.

Dengan pendekatan yang tepat, semangat yang digelorakan oleh para pemuda pada 1928 bisa terus menyala dan menginspirasi masa depan bangsa yang lebih cerah.

Artikel Ini Ditulis Oleh Mochammad Arya Davin Cakrawangsa, Mahasiswa Magang Di Memorandum.

Sumber: