Menguak Jejak Sejarah Bung Karno, Untag Surabaya Gelar Sarasehan dan Doa Bersama di Dua Lokasi Sakral
Jajaran YPTA dan Untag Surabaya menggelar sarasehan.--
Dalam sarasehan tersebut, J Subekti selaku ketua YPTA Surabaya membagikan kisah perjuangan panjang Bung Karno yang penuh pengorbanan demi kemerdekaan Indonesia.
BACA JUGA:Mahasiswi Ilmu Komunikasi Untag Surabaya Perkaya Pengalaman Jurnalistik di Memorandum
Dia menguraikan bagaimana Bung Karno muda menapaki jalan terjal sebagai pejuang bangsa, mulai dari berguru kepada HOS Tjokroaminoto di Surabaya, hingga merasakan getirnya pembuangan ke Ende dan Bengkulu.
“Bung Karno adalah sosok pemimpin yang tidak sekadar memproklamasikan kemerdekaan, tetapi juga rela menanggung derita, pengasingan, dan fitnah demi memperjuangkan nasib bangsanya. Semangat juangnya terbentuk dari pergulatannya sejak di Surabaya,” ungkap Subekti.
Namun, Subekti juga menyoroti sebuah ironi sejarah yang terjadi di penghujung hidup Sang Proklamator.
BACA JUGA:Terjebak Narsisme, Dokter FK Untag Surabaya Minta Waspadai Gejala NPD di Era Media Sosial
Meskipun Bung Karno lahir di Surabaya, tempat peristirahatan terakhirnya justru ditetapkan di Blitar, bukan di dekat Istana Bogor sebagaimana wasiatnya.
Keputusan ini, menurut Subekti, merupakan hasil pertimbangan politik penguasa kala itu. “Setelah beliau wafat pun, masih ada kontroversi terkait tempat pemakamannya. Sejarah mencatat, Bung Karno lahir di Surabaya, tetapi dimakamkan di Blitar karena keputusan pemegang kekuasaan tertinggi kala itu,” tuturnya.
“Bahkan, jenazah beliau sempat tidak dirawat sebagaimana mestinya dan dipindahkan ke ruang lain beralas karpet lusuh sebelum akhirnya dimakamkan secara Islam di Blitar. Inilah ironi sejarah yang harus kita ingat bersama,” kenangnya.(bin)
Sumber:



