Cerita Kombong Pandaan, Kumpulan Pemuda Mbetik yang Ingin Belajar Apik
Jemaah Kombong di Jl By Pass Pandaan saat dalam pertemuan atau kajian.--
PASURUAN, MEMORANDUM.CO.ID - Bila Anda berkesempatan jalan-jalan di wilayah Pandaan Kabupaten Pasuruan pada setiap malam Jumat, ada sekelompok pemuda embongan sedang berkumpul. Mereka bukan sekedar kongkow. Tapi mengkaji sesuatu sesuai tema malam itu.
Kata embongan memiliki dua arti. Embongan bisa berarti tempat mereka sangat berdekatan dengan jalan raya. Ya, di sebuah Gudang Besi Tua, tepatnya di Timur Pon Bensin By Pass Pandaan atau persis di depan Gudang Depo Arsip milik Pemprov Jawa Timur, pemuda dari berbagai daerah kumpul di sana.
BACA JUGA:Komunitas Pepespeda Funride Berkostum Kebaya, Arumi Bachsin: Perpaduan Wanita Anggun dan Macho

Mini Kidi--
Embongan juga berarti dilihat dari latar belakang mereka. Banyak dari mereka yang berasal dari dunia jalanan (embongan). Ada yang pengamen, mantan pecandu narkoba, tukang parkir, bahkan ada yang pernah terjangkit HIV. Namun, ada pula dari pemuda baik-baik yang tetap istikamah bergabung dalam Kajian Nang Embong (Kombong).
Seperti yang terlihat pada Kamis malam 31 Juli 2025 itu. Jarum jam menunjukkan pukul 20.00 WIB. Para pemuda sudah berkumpul untuk mendengarkan kajian yang dibahas. Tema malam itu; “Buat Apa Susah? Lebih Baik Kita Bergembira”. Menghadirkan dua pemateri; Kang Syawal dan Ir Indro Sulistyo.
“Hidup ini sebenarnya tidak harus dibikin ruwet. Semuanya memang perlu proses. Tidak seperti membalikkan telapak tangan. Konsep hidup kita tetap diminta untuk ihtiar. Berusaha maksimal. Tidak boleh putus asa. Setelah itu bersyukur dengan apa yang kita dapatkan. Ihlas menerima takdir dari Tuhan. Allah SWT,” ujar Indro yang diamini Syawal.
BACA JUGA:Gaet Untag Surabaya, Komunitas Motor Antik Far East Indonesia Rilis Website Komunitas
Tema yang dibahas dalam Kombong selalu berubah. Sehingga ini yang membuat para ‘jamaah’ terus Istikamah. Mereka tidak bosan untuk hadir. Seperti pekan sebelumnya, saat Kang Syawal pulang dari Ibadah Haji. Ia pun bercerita soal perjalanan spiritual di tanah suci.
“Pada awal-awal Kombong ada, tema malah dari mereka sendiri. Mereka testimoni. Gantian satu persatu. Ada yang cerita soal perjalanan pernah menjadi pecandu narkoba, pernah main cewek, atau pernah perilaku mbetik lainnya,” imbuh Syawal sambil tertawa, pada Selasa 5 Agustus 2025.
Menurut Cak Miring (43), Kombong sendiri baru ada sekitar Januari 2023. Kajian ini diinisiasi Miring bersama beberapa kawannya. Awalnya, ia bersama lima kawannya punya inisiatif untuk ‘hijrah’. Namun saat itu ia mengalami kendala. Salah satunya soal narasumber yang tak berbanyak.
BACA JUGA:Olahraga Jadi Jembatan Ekonomi, Wabup Lumajang Dukung CSR Berbasis Komunitas
“Saya tanpa sengaja, ketemu Kang Syawal ini di Musholla Al Hikmah Kebon Waris Pandaan. Saya cerita, kalau saya dan beberapa teman ini ingin ngaji. Cuma ndak punya sosok atau panutan yang bisa diajak sebagai sumber. Setelah cerita latar belakang saya dan teman-teman, akhirnya Kang Syawal mau mengisi kajian itu. Dan alhamdulillah berjalan sampai sekarang,” terang Miring menceritakan ihwal terbentuknya Kombong.
Awal terbentuk memang anggota/jamaahnya tidak banyak. Dari getok tular dan pendekatan, akhirnya lambat laun, kajian itu berkembang. Hingga kini tercatat ada sekitar 75 orang yang bergabung. “Kami ini tidak ada unsur paksaan. Yang mau ngaji, ya silakan datang. Sehingga yang hadir pun kadang 50 orang atau lebih,” cetusnya.
Sumber:



