Kehadiran RIAS Surabaya Bentuk Karakter dan Masa Depan
M Isa Ansori.-Oskario Udayana-
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Sebagai kota metropolitan yang terus berkembang, Surabaya menghadapi tantangan sosial yang kompleks, di antaranya adalah fenomena anak-anak yang rentan terhadap perilaku berisiko seperti begadang, kecanduan game, kesulitan menerima nasihat orang tua, hingga bolos sekolah.
BACA JUGA:Fenomena Self Harm, Pemerhati Anak Minta Orang Tua Bangun Komunikasi Setara
Kondisi ini bukan sekadar kenakalan biasa, melainkan cerminan dari kebutuhan mendesak akan intervensi untuk masa depan mereka.

Mini Kidi--
Menjawab tantangan tersebut, Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya bergerak proaktif dengan menghadirkan Rumah Ilmu Arek Suroboyo (RIAS), sebuah solusi terintegrasi untuk menyelamatkan dan membimbing generasi penerus.
Menurut pengurus Lembaga Perlindungan Anak (LPA) Jatim sekaligus pemerhati kebijakan sosial, M Isa Ansori mengatakan, situasi ini adalah tantangan bagi kehadiran negara dalam menjamin hak tumbuh kembang setiap anak. Inisiatif proaktif sangatlah penting agar mereka dapat berkembang dalam lingkungan yang positif dan terlindungi dari potensi risiko sosial.
BACA JUGA:LPA Jatim Apresiasi Langkah Cepat Perlindungan Anak Pemkot Surabaya
“RIAS, yang terintegrasi dengan Kampung Anak Negeri dan Asrama Bibit Unggul, hadir sebagai fasilitas komprehensif. Di sini, anak-anak bermasalah mendapatkan pendampingan sosial, pendidikan karakter, keterampilan hidup, hingga terapi psikososial intensif. Ini bukan sekadar tempat tinggal sementara, melainkan sebuah model penanganan terpadu yang dirancang untuk membentuk kembali karakter dan masa depan mereka,” kata Isa Ansori sapaan akrabnya, Senin 9 Juni 2025.
Ia menegaskan, RIAS perlu dioptimalkan melalui pendekatan proaktif. Untuk itu, ia meminta Pemkot Surabaya, bersama RT, RW, Kader Surabaya Hebat (KSH), dan tokoh masyarakat, untuk aktif menelusuri keberadaan anak-anak yang membutuhkan perhatian khusus di pelosok kota.
BACA JUGA:Kekerasan Anak di Surabaya Tinggi, LPA Jatim Catat ada 14 Kasus
Tak hanya itu saja, ia juga meminta sosialisasi layanan call center khusus terus digencarkan, seperti melalui Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (Pusapaga) atau Layanan SAPA 129 (Sahabat Perempuan dan Anak). Tujuannya agar masyarakat dan orang tua dapat dengan mudah melaporkan kesulitan dalam mengelola anak-anak mereka.
“Langkah jemput bola ini merupakan bentuk nyata kehadiran negara dalam menyelamatkan anak-anak yang telah kehilangan arah,” tegasnya.
Isa Ansori juga menekankan bahwa pemerintah tidak boleh ragu untuk menempatkan anak-anak ini di asrama demi menyelamatkan mereka dan meringankan beban keluarga.
BACA JUGA:Kasus Kekerasan Seksual Unesa, LPA Jatim: Pelaku Harus Dihukum Maksimal
"Tindakan ini bukan penghukuman. Ini adalah intervensi penuh cinta dan tanggung jawab negara, sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No. 35 Tahun 2014 tentang Perlindungan Anak, Pasal 21, yang mewajibkan negara memberikan perlindungan khusus kepada anak yang mengalami masalah sosial,” jelasnya.
Isa Ansori menambahkan, Surabaya telah memulai langkah berani ini. Kini, tantangannya adalah memastikan pendekatan ini terus diperkuat. Ia berharap anggaran diperbesar, jumlah pengasuh ditambah, standar pembinaan ditingkatkan, dan jangkauan program diperluas ke seluruh kota.
BACA JUGA:LPA Jatim Minta Masyarakat Waspada, Kekerasan Seksual dan Anak Meningkat
"Di tengah tantangan zaman, menyelamatkan satu anak dari kehancuran adalah menyelamatkan generasi. Surabaya tidak hanya sedang membangun trotoar, jalan, dan gedung. Surabaya sedang membangun peradaban—dan RIAS menjadi salah satu fondasi pentingnya,” pungkasnya. (rio)
Sumber:


