Reportase Anis T Pottag dari Thailand: Thai Massage Antara Stigma Plus-Plus dan Pesona Relaksasi Tradisional
Di era modern, Thai massage tetap mempertahankan daya tariknya sebagai salah satu simbol budaya Thailand yang kuat.-Anis T Pottag.-
Bangkok tidak hanya hidup di bawah gemerlap neon klub malam atau papan hijau cannabis yang menjamur.
Ada satu atraksi lain yang tak kalah terkenal, yang namanya sudah melekat dengan identitas Thailand di mata dunia: Thai massage.
Meski sering kali dibayangi stigma “plus-plus” yang identik dengan dunia hiburan malam, Thai massage sejatinya adalah seni penyembuhan kuno yang menggabungkan kesehatan, relaksasi, sekaligus sentuhan eksotisme khas Asia Tenggara.
Sejarah Thai massage berakar dari lebih dari 2.500 tahun lalu, dipercaya berasal dari tradisi pengobatan India kuno yang berpadu dengan budaya Buddha.
Teknik pijat ini bukan sekadar tekanan di otot, tetapi menyasar jalur energi tubuh (sen line) yang diyakini mampu melancarkan peredaran darah, melepaskan stres, hingga membantu sistem imun.
BACA JUGA:Reportase Anis T Pottag dari Thailand: Melihat dari Dekat Sisa-Sisa Kerajaan Ayutthaya

Mini Kidi--
Bahkan pada 2019, UNESCO mengakui Thai massage sebagai warisan budaya tak benda dunia.
Di Bangkok, wisatawan bisa menemukan Thai massage hampir di setiap sudut jalan.
Dari spa modern dengan interior mewah hingga kursi-kursi sederhana berjajar di trotoar Sukhumvit, pilihan terbuka lebar.
Namun pengalaman paling eksotis bisa dirasakan di sekitar Wat Pho, kuil tua yang disebut sebagai “rumah” Thai massage.
Di sana, para terapis bekerja dengan ketelitian tinggi, menekan titik-titik saraf, melipat tubuh dengan peregangan unik, dan sesekali menekan menggunakan siku atau lutut.
Sensasi yang muncul bukan hanya rileks, tapi juga seperti “dibuka kembali” saluran energi tubuh.
Sumber:



