Reportase Anis T Pottag dari Thailand: Thai Massage Antara Stigma Plus-Plus dan Pesona Relaksasi Tradisional

Reportase Anis T Pottag dari Thailand: Thai Massage Antara Stigma Plus-Plus dan Pesona Relaksasi Tradisional

Di era modern, Thai massage tetap mempertahankan daya tariknya sebagai salah satu simbol budaya Thailand yang kuat.-Anis T Pottag.-

Wisatawan asing sering kali terkejut. “Awalnya saya pikir pijat ini hanya untuk relaksasi biasa, tapi setelah dicoba rasanya berbeda. Ada kombinasi antara yoga pasif dan akupresur. Tubuh saya seperti dipulihkan,” ujar Michael,

turis asal Prancis yang saya temui di sebuah spa di Silom.

BACA JUGA:Reportase Anis T Pottag dari Thailand: Menyusuri Keindahan Wisata Air Bangkok dari Saphan Taksin

BACA JUGA:Reportase Anis T Pottag dari Thailand: Geliat Dunia Malam di Negeri Gajah Putih

Bagi banyak turis, Thai massage memberi pengalaman ganda: terapi kesehatan sekaligus sensasi eksotik dari budaya lokal.

Namun, bayang-bayang stigma tetap hadir. Di kawasan red-light district seperti Nana Plaza atau Patpong, papan pijat sering dijadikan kedok bagi praktik “plus-plus”.

Inilah yang membuat nama Thai massage kadang dipandang miring oleh sebagian wisatawan. Meski begitu, permintaan terhadap pijat tradisional yang benar-benar otentik tetap tinggi.

Banyak turis justru datang ke Bangkok dengan tujuan khusus mencoba pijat tradisional setelah penat berjalan seharian.

Terapis profesional sadar betul akan dualisme citra ini.

“Thai massage adalah seni penyembuhan, bukan hiburan malam,” kata Naree, seorang terapis senior di Silom yang sudah 15 tahun bekerja.

Menurutnya, teknik pijat yang ia lakukan bisa membantu mengatasi insomnia, nyeri punggung, hingga migrain.

“Memang ada tempat yang menjual sensualitas, tapi kami ingin menunjukkan sisi asli Thai massage: sehat, menenangkan, dan eksotis,” tambahnya.

Dari sisi pariwisata, Thai massage juga menjadi salah satu daya tarik utama yang melengkapi paket city tour.

Wisatawan yang baru kembali dari kunjungan kuil atau perjalanan perahu di Chao Phraya biasanya memilih pijat sebagai penutup hari.

Relaksasi selama satu hingga dua jam mampu mengembalikan energi, bahkan sering disebut sebagai “obat mujarab” dari rasa pegal akibat berjalan kaki jauh di cuaca tropis Bangkok.

Sumber: