Dunia Berkubu dalam Bayangan Senjata
Fatkhul Aziz--
Lalu ia menghadapkan kita pada dua pilihan yang diametral: berdoa untuk dunia yang lebih bahagia atau menyiapkan senjata dekat dinding kubu dan menanti.
Dan dunia saat ini, sayangnya, tampaknya memilih opsi yang kedua. Kita lebih memilih untuk mendekatkan diri pada dinding kubu, meraba cold metal dari senjata yang kita sangka akan memberi rasa aman. Kita menanti, penuh kecurigaan, sambil mendengar teriakan dari seberang yang kita cap sebagai ancaman.
BACA JUGA:Cinta Satu Malam dan Memori Tak Berjejak
Kita tidak sedang membangun perdamaian. Kita sedang mempersiapkan medan tempur yang lebih besar, dengan kubu-kubu yang lebih rapi, untuk sebuah perang yang mungkin tak pernah kita pahami mengapa ia mulai.
Kita menjadi tawanan dari kotak-kotak yang kita buat sendiri, sementara puisi Subagio bergema sebagai kenangan akan sebuah kedamaian yang mungkin telah kita lupakan cara untuk meraihnya.
Sumber:



