Oleh : drh. H. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang
Founder RSU Wajak Husada
Sebuah riset tentang kebahagiaan pernah dilakukan oleh seorang Profesor dari Harvard Study of Adult Development selama 75 tahun.
Penelitian yang dilakukan Waldinger dan timnya ini dilakukan dengan mengikuti 724 laki-laki selama tiga perempat dekade untuk mengidentifikasi faktor-faktor kebahagiaan dan kesejahteraan.
Tim peneliti mengumpulkan contoh darah, melakukan pemindaian otak, dan menganalisa hasil survei yang diisi para responden itu, termasuk juga wawancara langsung. Singkat kata, penelitian ini sangat komperhensif.
Profesor Waldinger menemukan sebuah fakta bahwa faktor terpenting kebahagiaan sejati adalah hubungan yang baik antara kita dengan keluarga dan pasangan.
Selain itu beliau juga menyampaikan bahwa menjaga ikatan yang kuat dengan keluarga dan pasangan akan melindungi kita dari penyakit mental, penyakit kronik, dan juga penurunan memori otak.
Tugas kita sebagai pasangan hidup adalah saling menjadi pilar, instalasi dan jalan bagi kebahagiaan dan kemulyaan bagi dirinya masing-masing.
Money can buy a bed, but not a sleep, Money can buy a clock, but not a time, Money can buy a house, but not a home, Money can buy a friends, but not a love, Money can buy medicine, but not health, Money can buy a book, but not knowledge, Money can buy a position, but not respect, Money can buy a companion, but not a friend.
Saling menjadi sumber kebahagiaan bagi pasangan adalah kunci bagi kesuksesan dan kemulyaan hidup, sebagaimana riset Profesor Waldinger di atas.
Oleh karenanya, terus saling mensuport, memberi dukungan, saling bertanggung jawab, saling memfasilitasi untuk bertumbuh, saling memberi maaf, saling memvibrasikan hal positif, saling terus terang, saling terbuka, saling membuat pandai, saling menghargai dan saling berterima kasih atas anugerah yang diberikan Allah SWT.
Ramadan adalah momentum yang tepat bagi kita untuk melakukan rekonsiliasi kesucian cinta bersama pasangan.
Janji suci yang telah terikhrar pada saat akad nikah merupakan moment sakral yang harus di ungkap kembali menjadi kesadaran diri diatas segala ego pribadi.
Bahwa dengan rekonsiliasi cinta antar pasangan di bulan Ramadan ini akan turut memberikan dampak bagi terwujudkan tatanan masyarakat yang berkualitas,
karena jika individu-individu dikeluarga baik maka keluarga itupun akan baik, jika keluarga itu baik maka masyarakat yang terciptapun akan baik, dan ketika masyarakat baik maka bangsa dan negarapun akan baik. (*/ari)