BRASIL-Pemain depan Brasil dan Tottenham Richarlison mengatakan dia menderita pemikiran yang meresahkan dan siap untuk “menyerah” ketika berjuang melawan depresi setelah Piala Dunia 2022 di Qatar.
Richarlison mengatakan dia mencari bantuan psikologis setelah turnamen tersebut, dengan mengatakan bahwa, hal itu adalah penemuan terbaik yang pernah ia alami dalam hidupnya.
BACA JUGA:Debut Gemilang Ragnar Oratmangoen: Cetak Gol dan Antar Kemenangan Timnas Indonesia
“Sebelum saya berangkat latihan, saya ingin pulang, saya ingin kembali ke kamar karena, saya tidak tahu apa yang ada di kepala saya,” kata Richarlison kepada ESPN Brasil.
BACA JUGA:Derby Jatim Arema vs Persebaya, Bajul Ijo Bawa Pulang 3 Poin di Kandang Singo Edan
"Saya bahkan pergi dan memberi tahu ayah saya bahwa saya akan menyerah. Agak menyedihkan berbicara seperti itu, Anda tahu? Apa yang saya alami setelah Piala Dunia, menemukan banyak hal di rumah ini dari orang-orang yang telah tinggal bersama saya selama lebih dari tujuh tahun. Ini gila,” ungkapnya.
BACA JUGA:Prihatin, BRI Edukasi Jaga Keamanan Oprasional dan Transaksi Perbankan
Richarlison, 26, menjadi pencetak gol terbanyak Brasil di Qatar dengan tiga gol dalam empat pertandingan, meskipun negara tersebut tersingkir di babak perempat final menyusul kekalahan adu penalti melawan Kroasia.
Tersingkirnya Brasil di perempat final Piala Dunia merupakan pukulan telak bagi Richarlison, yang tak lama setelah turnamen mengatakan bahwa itu "lebih buruk daripada kehilangan anggota keluarga" dan menggambarkan tekanan besar dalam mengenakan seragam Brasil bernomor punggung 9.
Pada bulan September 2023, Richarlison membuka tentang "waktu yang penuh gejolak di luar lapangan" setelah dia terlihat menangis di bangku cadangan setelah digantikan saat Brasil menang 5-1 atas Bolívia.
Salah satu masalah yang mempengaruhinya adalah dia berpisah dengan agen jangka panjangnya Renato Velasco, yang dilaporkan karena perselisihan keuangan tentang pencurian uang.
“Saya baru saja bermain di Piala Dunia, kawan, dalam kondisi puncak,” lanjut Richarlison.
“Saya sudah mencapai batas kemampuan saya, Anda tahu? Saya tidak tahu, saya tidak akan berbicara tentang bunuh diri, tetapi saya mengalami depresi di sana, dan saya ingin menyerah,” ungkapnya.
“Bahkan saya, yang tampaknya memiliki mental yang kuat. Setelah Piala Dunia, semuanya tampak berantakan.
“Saya pikir terapisnya, mau tidak mau, menyelamatkan saya, menyelamatkan hidup saya. Saya hanya berpikir sampah. Bahkan di Google, saya hanya mencari sampah, saya hanya ingin melihat sampah tentang kematian,” paparnya. (*)