SURABAYA, MEMORANDUM - Sosiolog dari Universitas Wijaya Kusuma Surabaya (UWKS) Drs Sucahyo Tri Budiono MSi mengatakan, tradisi cangkrukan di warung kopi (warkop) sudah menjadi gaya hidup masyarakat.
BACA JUGA:Bhabinkamtibmas Krembangan Utara Ajak Warga Cangkrukan di Warkop, Sampaikan Himbauan Keamanan
Aktivitas ini bahkan sudah berlangsung sejak dahulu kala. Sudah mengakar di setiap lapisan masyarakat. Terutama masyarakat di Pulau Jawa.
BACA JUGA:Polsek Benowo Jumat Curhat di Warkop Kendung, Mendengar Curhatan dan Saran Masyarakat
"Ngopi di warung atau cangkrukan di warkop itu punya akar sejarah yang panjang, sudah ada sejak zaman dulu, dan kini telah menjadi gaya hidup masyarakat," kata Sucahyo, Jumat, 15 Maret 2024.
BACA JUGA:Jumat Curhat, Polsek Rungkut Terima Keluhan Warga Tentang Billiard di Warkop
Dosen senior FISIP UWKS ini menjelaskan, warkop merupakan suatu arena untuk saling bertemu, ajang silaturahmi, dan pusat informasi di dalam suatu hubungan kemasyarakatan. Tempat bertukar informasi tentang kondisi sosial, politik, perdagangan, ekonomi, dan sebagainya.
"Di pedesaan misalnya, akan ada informasi yang dapat didengar dari warga yang sedang nyangkruk di warung kopi seperti, ada sawahnya si A yang sedang disewakan atau ada sapi milik si B yang dijual," jelas mantan dekan FISIP UWKS ini.
Kini, tradisi nyangkruk di warkop ini pun semakin berkembang mengikuti perubahan zaman. Tak hanya warkop, namun mulai muncul angkringan, coffee shop, dan sebagainya.
Selain itu, kata Sucahyo, nyangkruk di warkop mulai alami pergeseran. Tadinya menjadi tempat mengobrol tanpa henti satu sama lain, kini saling berkumpul namun sibuk dengan gadget-nya masing-masing.
"Sekarang sudah semakin bergeser, misal dulu sesama komunitas dan teman warkop itu kalau ketemu ngobrol, nah kini bisa jadi tidak ngobrol. Namun bagaimana pun tradisi ngopi bareng sudah menjadi gaya hidup masyarakat kita," tuntas Sucahyo. (*)