BACA JUGA:Cara Mengatur Waktu Bermain Game Online Agar Tidak Mengganggu Ibadah Ramadan
3. Puncak Acara: Puncak kemeriahan Gebyuran biasanya digelar pada sore hari menjelang awal Ramadan. Warga akan turun ke jalan, bersenjatakan ember, selang air, atau alat lain untuk saling menyemprot.
Suasana pun menjadi riuh rendah dengan gelak tawa dan keceriaan.
BACA JUGA:Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia
** diakhiri dengan Nasi Gudangan:** Setelah puas bermain air, warga bersama-sama menikmati hidangan khas Semarang, yaitu Nasi Gudangan.
BACA JUGA:Tradisi Unik Menyambut Ramadan di Indonesia
Ini menjadi momen kebersamaan sekaligus penutup dari tradisi Gebyuran.
Menjaga Kelestarian Tradisi
BACA JUGA:Niat Puasa Ramadan: Lafaz, Waktu Pengucapan, dan Keutamaan
Gebyuran tidak hanya sekadar tradisi, tetapi juga bagian dari identitas budaya masyarakat Kampung Bustaman.
BACA JUGA:5 Amalan Utama di Bulan Ramadan yang Pahalanya Berlipat Ganda
Seiring berjalannya waktu, tradisi ini terus dijaga kelestariannya oleh warga setempat. Dengan antusiasme yang tinggi, mereka berharap Gebyuran dapat terus menjadi warisan budaya yang diwariskan ke generasi mendatang.
BACA JUGA:Menyambut Ramadan dengan Hati yang Bersih dan Penuh Sukacita
Selain Kampung Bustaman, tradisi serupa dengan nama dan makna yang sedikit berbeda juga ditemukan di beberapa daerah lain di Indonesia.
BACA JUGA:Ramadan: Momen Tepat untuk Introspeksi Diri dan Meningkatkan Ketakwaan
Ini menunjukkan kekayaan budaya Nusantara dalam menyambut datangnya bulan suci Ramadan. (*)