MEMORANDUM - Di Indonesia, kemeriahan menyambut bulan Ramadan tak hanya diwarnai dengan hidangan khas atau kumpul keluarga. Di Semarang, ada tradisi unik yang sudah berlangsung turun-temurun, namanya Gebyuran.
BACA JUGA:5 Novel Islami Terbaik untuk Dibaca di Bulan Ramadan: Mengisi Waktu Luang dengan Kebaikan
Tradisi ini menarik perhatian banyak orang, tak terkecuali wisatawan, karena melibatkan "perang air" seru sebagai bentuk pembersihan diri sebelum memasuki bulan suci.
Asal Mula Tradisi Gebyuran
Gebyuran berasal dari Kampung Bustaman, Semarang Tengah. Konon, tradisi ini diawali oleh kebiasaan Kyai Bustam yang memandikan cucunya di sebuah sumur sebelum bulan puasa.
Sumur tersebut dipercaya sebagai cikal bakal Kampung Bustaman. Lambat laun, kebiasaan Kyai Bustam diikuti oleh warga sekitar dan berkembang menjadi tradisi tahunan.
BACA JUGA:Tips Menjaga Kesehatan Selama Bulan Ramadan: Puasa Sehat dan Lancar
Fakta Menarik Tentang Gebyuran
1. Lebih dari Sekadar Basah-basahan: Meskipun identik dengan perang air, Gebyuran sebenarnya memiliki makna yang lebih dalam.
Tradisi ini tak hanya membersihkan badan dari kotoran, tetapi juga diyakini sebagai upaya membersihkan diri secara batin dari emosi negatif seperti amarah dan dendam.
Ini diharapkan dapat membawa ketenangan dan kesucian hati saat memasuki bulan Ramadan.
BACA JUGA:Tips Memilih Baju Koko Modern untuk Pria di Bulan Ramadan
2. Tradisi Kekeluargaan: Gebyuran menjadi ajang silaturahmi dan kebersamaan warga Kampung Bustaman.
Semua warga, tua maupun muda, turut berpartisipasi dalam acara ini, menciptakan suasana ceria dan penuh semangat menyambut Ramadan.