Istri Diibaratkan Guru Besar, Suami Mahasiswa Baru

Senin 04-02-2019,09:05 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Yuli Setyo Budi, Surabaya Hasil USG menunjukkan calon bayi Juniar ternyata perempuan. Ini di luar dugaan. Fakta yang menyakitkan dan berdampak sangat besar terhadap sikap keluarga Jupri. Juniar yang sebelumnya diperlakukan bak princes kini berbalik diperlakukan bak asisten rumah tangga. Untung kejadian tersebut tidak berlangsung lama. Cuma sekitar satu setengah tahun. Sebab, beberapa bulan setelah kelahiran sang bayi, Juniar hamil anak kedua. “Kali ini aku tak mau menyerah,” tekad Juniar. Karena takut kejadian serupa terulang, Juniar mencoba menanamkan mindset baru di benak suaminya. Dia memberikan pengertian bahwa pewaris tahta tidak harus lelaki. Mitos yang dipercaya keluarganya sudah tidak cocok diterapkan di zaman milenial. Buktinya, banyak bermunculan Srikandi pembangunan pada zaman ini. Contohnya Tri Rismaharini yang dipercaya menjadi wali Kota Surabaya dua periode, Susi Pudjiastuti menteri kelautan dan perikanan, atau Sri Mulyani yang menteri keuangan, dll, dsb, dst… Mendengar itu, Jupri terdiam. Sepertinya lelaki tersebut mulai mencerna pendapat istrinya. Harapan Juniar membesar tatkala pada suatu malam dia mendengar Jupri berdebat tentang pendapatnya dengan ibu mertua. “Ibu lihat, faktanya kecerdasan Atik (anak Juniar vs Jurpi, red) jauh lebih membanggakan daripada bapaknya? Anak lelaki ibu ini tidak ada apa-apanya dibandingkan Atik!” kata Jupri sambil menunjuk dirinya sendiri. Bahkan, lanjutnya, “Kalau dibanding Mbak Nia (kakak kandung Jupri, red), aku tidak ada artinya sama sekali. Makanya, sejak awal aku menyatakan rela apabila kerajaan bisnis keluarga dipegang Mbak Nia. Bukan aku yang bodoh ini.” Dari balik korden tipis yang menghalagi ruang makan dengan ruang keluarga, Juniar melihat ibu mertuanya diam. Namun, Juniar yakin kediaman itu tidak menunjukkan bahwa perempuan yang masih tegas pada usia lanjut itu mampu mencerna pendapat anaknya. “Ibu tahu itu. Sangat tahu. Ibu tahu kamu memang tidak sepandai Nia, kakakmu. Tapi ingat, Pri. Keberhasilan dalam hidup ini tidak selalu ditentukan kepandaian. Ada yang lebih berpengaruh dari itu,” tutur Komaroh tanpa ekspresi. “Dengarkan,” imbuhnya, “Dengarkan perkataan ibumu ini. Sebab, ini sejatinya bukan murni perkataan Ibu. Ini perkataan ibunya ibu. Nenekmu mendengar perkataan ini dari ibunya. Demikian juga beliau, mendengar perkataan ini dari ibu beliau.” Jupri tak mampu membantah. Dia tidak menyangka ibunya bakal mengucapkan kalimat sakral yang diturunkan secara turun-temurun. Perkataan yang sanad dan riwayatnya sangat teruji. “Keberhasilan itu lebih ditentukan oleh keyakinan dan keberuntungan,” tandas Komaroh. Juniar yang semula berharapan ibu mertuanya terpengaruh perkataan suaminya mendadak lemas. Dengan tanggapan seperti itu, dia yakin tidak akan ada artinya lagi mencoba membelokkan keyakinan mertua. “Dibanding istrimu pun, kamu ibrat langit dan bumi. Istrimu itu ibarat guru besar dan kamu mahasiswa baru,” tegas Komaroh kepada Jupri, yang hanya bisa tertunduk lesu mendengarkan ocehan ibunya. (bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait