"Di lantai dua, anak saya bersama terduga pelaku kurang lebih 5 sampai 10 menit. Selama di atas kata anak saya dicium pipi dan diraba bagian terlaeang oleh terduga pelaku," beber Imam.
Setelah kejadian itu, korban kemudian turun sendirian ke lantai satu lalu Salat Azar. Kemudian membeli jajan menggunakan uang yang diberi oleh terduga pelaku dan pulang.
Sampai rumah, Bunga memberanikan diri ngomong ke ibunya sambil menangis tentang kejadian yang dialaminya. Mendengar itu, ibunya langsung menelepon Imam agar pulang karena hendak diceritakan tentang masalah anaknya.
Usai mendapatkan cerita kejadiannya, Imam marah. Lantas konsultasi dengan tetangga untuk minta solusi. Kemudian disarankan menegur terduga pelaku pada Senin (4/12) sekitar pukul 21.30.
"Saya mendatangi terduga pelaku dan menegurnya. Dia saat saya tegur sempat mengakui merangkul saja saja dan tidak lebih dari peluk dan cium. Dia minta maaf kepada saya, istri, anak atas perbuatannya," ungkap Imam.
Usai menegur, Imam pulang. Sampai rumah pukul 21.45, mendadak terduga pelaku mendatanginya dan kembali minta maaf dan mengatakan supaya masalah ini jangan sampai didengar oleh warga kampung.
Permasalahan tersebut sempat dimediasi dengan pengurus kampung di rumah ketua RT Dukuh Setro pada Rabu (6/12) malam. Namun tidak menemui solusi karena terduga pelaku tidak dihadirkan ke lokasi. "Akhirnya saya melapor ke polisi pada Kamis (7/12)," tandas Iman.
Informasi yang diterima dari anaknya Bunga, Imam mengaku dugaan pencabulan dialaminya sejak kelas dua SD sampai kelas 3.
Usai laporan ke polisi, anaknya kemudian divisum ke rumah sakit (RS) Bhayangkara Polda Jatim dan diperiksa kondisi traumanya oleh psikiater.
"Saya, istri dan anak sudah dimintai keterangan oleh polisi pada Selasa (12/12) di polrestabes. Tanggal Rabu (13/12) saya dan anak disuruh ke psikolog di rumah sakit yang sama;" ujar Imam.
Kemudian Selasa (19/12), masih kata Imam, terduga pelaku sudah mendapatkan surat klarifikasi dari polisi. (rio)