MALANG, MEMORANDUM - Viralnya video pidato Prabowo Subianto selaku ketua umum pada saat Rakornas partai Gerindra beberapa waktu lalu. Calon Presiden dengan nomor urut 2 tersebut, dalam pidatonya melontarkan kata ndasmu etik akhirnya hal itu banyak menuai sorotan dari sejumlah kalangan. Salah satunya dari Wakil Ketua DPC PDI Perjuangan Kabupaten Malang Abdul ‘Adeng’ Qodir.
"Yang kami nilai utamanya terkait soal etika, hal itu tidak mencerminkan seorang pemimpin," ungkap Adeng.
Menurut Adeng, kata-kata Ndasmu Etik yang dilontarkan Prabowo sama sekali tidak mencerminkan etika dari seorang pemimpin.
Oleh karena itu PDI Perjuangan berpendapat, bahwa seorang pemimpin ataupun calon pemimpin seharusnya berperan memberikan edukasi kepada masyarakat.
BACA JUGA:PDIP Kabupaten Malang Maafkan Pemuda Pengunggah Ujaran Kebencian di Facebook
"Pemimpin harusnya mengajari rakyat tentang pentingnya menjaga etika. Jika Pemimpin mengabaikan etika, maka jangan salahkan rakyat, apabila rakyat tidak menaruh hormat kepadanya," kata Adeng.
Pria yang juga mencalonkan pada Dapil 5 (meliputi: kecamatan Wagir, Dau, Karangploso, Pujon, Ngantang dan Kasembon), setiap warga negara boleh bermimpi menjadi Presiden, asal dalam mewujudkan mimpinya dilakukan dengan tidak mengesampingkan etika.
"Misalnya saja tidak menabrak konstitusi, intimidatif dengan melibatkan instrumen kekuasaan negara, membeli suara dan lain sebagainya," tambah Adeng.
Lebih jauh, Adeng bilang, dalam memperebutkan kekuasaan, rakyat harus tetap mendapatkan pendidikan politik dengan muatan kaidah-kaidah sosial. Sehingga, menurutnya, ketika terpilih, kepemimpinan itu akan menjadi kuat, tidak terjadi distrust atau ketidakpercayaan, juga disobedience atau pembangkangan yang mengarah pada disintegrasi.
BACA JUGA:DPC PDIP Kabupaten Malang Siap Menangkan Ganjar Pranowo-Mafud MD
"Ingat, rakyat sudah cerdas, ungkapan 'Ndasmu Etik' yang dilontarkan Pak Prabowo, sebagaimana video yang beredar sudah masuk wilayah tafsir. Tidak bisa menyalahkan rakyat apabila ditafsirkan, bahwa bagi Pak Prabowo kekuasaan adalah segalanya dan dalam mendapatkannya. Boleh saja mengesampingkan etik, dan itu sangat kami sesalkan," pungkas Abdul 'Adeng' Qodir.(*)