Ayah Stroke, Ditawari Kerja Temani Diner Tante-Tante
Yudis (nama samaran) adalah pemuda yang hanya bisa menikmati surga dunia dalam waktu yang amat singkat. Hanya beberapa kali purnama. Kini semua tinggal kenangan.
Di sudut rumah duka, mulutnya terkunci rapat. Wajahnya tertunduk lesu. Sesekali pandangannya tertuju ke sudut-sudut ruangan dan berhenti lama tanpa sebab. Bayang-bayang itu melintas lagi.
Semua berawal saat dia nunggak pembayaran uang kuliah. Bila sampai bulan depan tidak segera melunasi, dia terancam di-DO (drop out).
Yudis tidak bisa lagi mengambil cuti karena jatah cutinya sudah habis. Karena itu dia bingung.
Pusing sembilan keliling. Jangankan bayar uang kuliah, uang untuk makan sehari-hari saja harus didapatkan ibunya dari utang sana-utang sini. Gali lubang tutup lubang.
Kesulitan itu terjadi sejak ayahnya yang bekerja sebagai sopir operator mesin produksi alat-alat rumah tangga terserang stroke, satu setahun silam. Terjadi pendarahan pada pembuluh darah di batang otak. Kini ayahnya lumpuh.
Tulang punggung keluarga pun beralih ke ibunya. Perempuan paruh baya itu tidak bisa berbuat banyak. Dia hanya aparatur sipil negara (ASN) rendahan di kantor kecamatan Surabaya Barat.
Kakak perempuan Yudis juga tidak bisa membantu. Suaminya memang keren. Pegawai bank. Tapi, sudah tujuh tahun ini status kepegawaiannya tidak pernah meningkat. Hanya kotrak.
“Sudahlah, ikut aku saja,” kata temannya, sebut saja Rama.
Yudis menggeleng karena tahu apa pekerjaan temannya itu. Dan, bukan kali ini saja ajakan itu ditawarkan. “Awalnya memang canggung. Tapi kalau sudah biasa, kau akan menikmatinya,” kata Rama.
“Terima aja, Yud. Siapa tahu ini pintu keberhasilanmu. Yang penting hati-hati,” sela teman lain, sebut saja Faried,
“Sebenarnya aku ada lowongan kerja. Tapi, kadung diisi saudara dari desa. Jadi sopir pribadi Ibu. Cocok untuk kamu. Hanya antar-jemput kerja dan sesekali shopping.”
Faried memang anak orang kaya. Ayahnya pejabat dan ibunya sosialita yang pengusaha sukses. Istilah kekiniannya: Faried anak keluarga sultan. Dulu, sebelum jadi teman kuliah Yudis, Faried kuliah di perguruan tinggi negeri.
Karena terlibat tawuran dan ketahuan memakai obat-obatan terlarang, dia di-DO dan terpaksa harus pindah kuliah ke kampus yang juga tempat kuliah Yudis.
“Seandainya aku menerima tawaranmu, apa sih Ram yang harus aku kerjakan?” kata Yudis kemudian setelah berdiam diri cukup lama.
“Hanya nemani dinner tante-tante merayakan keberutungan setelah memenangkan lot arisan bulanan. Cuma itu.”