SURABAYA, MEMORANDUM - Euforia Piala Dunia U-17 2023 begitu terasa di Indonesia. Terlebih di empat kota penyelenggara, Jakarta, Bandung, Solo, dan Surabaya. Banyak anak-anak Indonesia yang tertarik menikmati Piala Dunia U-17. Bahkan, tidak sedikit dari anak-anak Indonesia yang menonton langsung ke stadion bersama orang tua atau guru dan pelatihnya.
Situasi itu dinilai mantan kapten Timnas Indonesia, Ferril Raymond Hattu, menjadi nilai positif dengan digelarnya Piala Dunia U-17 di Indonesia. Ferril mengungkapkan bahwa Piala Dunia U-17 2023 ini telah menjadi momen penting bagi tanar air. Anak-anak Indonesia akhirnya mendapat pengalaman dan kesempatan bermain di level dunia.
Selain itu, jutaan anak-anak lainnya bisa menyaksikan Piala Dunia U-17 dari jarak yang begitu dekat. Bisa menyaksikan Piala Dunia, meski lewat junior, di negeranya sendiri.
BACA JUGA:Jadi Tuan Rumah Piala DuniA U-17 tapi Indonesia Tidak Bisa Menikmati Maksimal, Ada Apa?
”Penyelenggaraan Piala Dunia U-17 ini jelas sangat baik bagi Indonesia. Terutama bagi anak-anak. Ini bisa merangsang mimpi mereka ke depan. Mungkin saat ini belum terlihat, tapi coba kita lihat lima atau tujuh tahun ke depan,” kata Ferril.
Pria yang turut mengantarkan Indonesia meraih medali emas SEA Games 1991 itu menyebut Indonesia sejauh ini juga sukses menjadi penyelenggara Piala Dunia U-17 2023. Meski ada satu-dua masalah, tapi secara umum perhetalatannya berjalan lancar.
”Dari sisi penyelenggaraan kita sangat baik. Indonesia mampu menggelar event kelas dunia. Yang jadi pertanyaan kemudian kan terkait apa yang harus kita ambil dari permainan sepak bolanya,” ujarnya.
Pada titik itu, Ferril menyebut bahwa Indonesia harus belajar banyak. ”Secara skill, anak-anak Indonesia sebenarnya tidak kalah. Tapi, dari sisi Teknik dan pemahaman taktikal terpaut jauh,” ungkap Ferril.
”Karena itu, federasi tidak boleh berhenti pada ueforia penyelenggaraan Piala Dunia U-17. Tapi, mereka harus mampu membangun sistem pembinaan yang terstruktur dan teratur agar teknik, fisik, mental, dan pemahaman taktikal pemain kita setara dengan mereka,” tambahnya.
Ferril menekankan bahwa PSSI sebagai federasi harus lebih serius dalam menggarap kompetisi sepak bola. Yang perlu diperhatikan juga adalah kompetisi kelompok usia yang berjenjang, bukan hanya kompetisi profesional saja.
BACA JUGA:Karo Ops Polda Jatim Kombespol Puji Santosa: Piala Dunia U-17 di Surabaya Berlangsung Aman
Sebab, regenerasi Timnas Indonesia selalu dimulai dari kelompok usia dan anak-anak memulainya dari SSB. Dari situ, mereka seharusnya mendapat kesempatan untuk berkompetisi sesuai dengan kelompok usianya.
Indonesia sendiri saat ini memiliki Elite Pro Academy (EPA) yang menampung tiga kompetisi kelompok usia, yakni U-16, U-18, dan U-20. Sayangnya, para pemain jebolan terkadang tidak mendapat wadah saat memasuki usia senior.
“Kita lihat pada EPA, apakah anak-anak itu sudah mendapatkan tempat yang tepat dalam menambah jam terbangnya? Soal skill mungkin bisa bersaing, tapi dalam hal teknik dan fisik perlu banyak lagi peningkatan,” ucap Ferril.