BACA JUGA:Conten Creator TikTok Lupakan Bangku Sekolah (1)
“Aku sampai rumah menjelang Subuh. Ibu yang membukakan pintu. Tampaknya beliau baru Tahajudan bersama Ayah. Mereka menyambutku dengan isak tangis,” kata Nunuk.
Nunuk lalu menceritakan semuanya. “Ayah kemudian menantang aku. Mau kembali ke Nganjuk atau tetap di Surabaya bersama Ayah dan Ibu. Kalau itu pilihanku, aku harus cerai dari Jito,” kata Nunuk.
Nunuk tidak menjawab dengan kata-kata, melainkan hanya merangkul ayah dan ibunya berantian. Merangkul mereka erat-erat.
“Ayah kemudian minta temannya yang pengacara untuk mengurus gugatan ceraiku,” kata Nunuk.
Tidak lama kemudian pasangan suami istri berusia paruh baya menghampiri. Nunuk lantas memperkenalkan kedua orang itu yang ternyata ayah dan ibu Nunuk. Pak Anam dan Bu Anam.
Dan setelah tahu Memorandum wartawan, Pak Anam mengajak Memorandum minum-minum di sebuah warung sederhana dekat PA. Menyusul kemudian pengacara mereka yang kebetulan Memorandum amat kenal. Namanya sebut saja Ikin.
BACA JUGA:Derita Lelaki Beristri Cucu Kiai Sepuh Mojokerto (1)
Menurut Pak Anam, Nunuk adalah anak satu-satunya yang sangat istimewa. Bahkan bisa disebut teramat sangat istimewa sekali. Selalu berhasil menambah kesabaran orang tua.
“Istimewa kan?” tanya Pak Anam, yang kemudian melepas tawanya yang renyah. Polos dan jujur. Bu Anam ikut tersenyum. Juga polos dan jujur.
Setengah jam kemudian keluarga ini pamit, meninggalkan Ikin dan Memorandum. “Nunuk termasuk perempuan beruntung. Belum janda, tapi sudah ditunggu jomblo tajir untuk menjadi suaminya,” kata Ikin. (jos, habis)