SURABAYA, MEMORANDUM - Kematian mahasiswi Fakultas Kedokteran Hewan Unair, Bernadette Caroline Angelica Harianto (21), masih menyisakan tanda tanya.
Hingga sekarang belum ada kepastian, apakah mahasiswa yang dikenal cerdas dan ceria itu meninggal karena bunuh diri atau dibunuh.
Menilik kasus ini, praktisi psikologi klinis dan forensik Riza Wahyuni menyebut, kasus bunuh diri belakangan ini cenderung meningkat.
BACA JUGA:Polda Jatim Asistensi Temuan Jenazah Mahasiswa Unair di Tambak Oso
Kendati demikian, dia menegaskan bahwa kasus dugaan bunuh diri harus dipastikan terlebih dahulu. Jangan sampai kemudian mengaburkan kemungkinan terjadinya pembunuhan.
“Benar bunuh diri atau tidak itu harus jelas terlebih dahulu. Dilihat lokasinya, benda yang digunakan, siapa orang terakhir yang berhubungan dengan dia, dan komunikasinya seperti apa. Kita harus hati-hati menentukan. Jangan sampai isu masalah mental health yang berkaitan dengan suicide itu menutupi isu pembunuhan,” kata Riza, Selasa, 7 November 2023.
Riza menjelaskan, kasus bunuh diri dilaporkan memang terjadi peningkatkan. Hal ini disebabkan semakin kompleksnya permasalahan pada diri individu.
BACA JUGA:Ungkap Penyebab Tewasnya Mahasiswi Kedokteran Hewan Unair, Polisi Lakukan Uji Toksikologi
Di antaranya seperti, merasa diabaikan, mengalami bullying, tidak mendapat perhatian dari keluarga secara layak, atau mereka yang bermasalah dengan hubungan pertemanan dan problem dengan pasangan.
“Hal-hal semacam itu kemudian membentuk seseorang dalam kondisi depresi, tidak berdaya, merasa membebani orang lain, sehingga muncul ide-ide ingin bunuh diri bahkan berupaya melakukan percobaan bunuh diri seperti self harm,” papar dia.
Disinggung soal kasus dugaan bunuh diri mahasiswi Kedokteran Hewan Unair tersebut, Riza menekankan bahwa diperlukan penyidikan dan penyelidikan lebih dalam untuk memastikan korban memang melakukan bunuh diri.
BACA JUGA:Beberapa Hari Sebelum Tewas, Mahasiswi Unair yang Tewas Masih Sempat Ikuti Praktikum
Mengenai metode dugaan bunuh diri menggunakan gas helium, Riza menyebut perilaku meniru memang sangat berbahaya. Seringkali yang ditiru tersebut berasal dari media sosial (medsos). Terlebih kasus bunuh diri menggunakan gas helium sudah pernah terjadi.
“Kalau benar terjadi seperti itu (bunuh diri menggunakan gas helium), maka kita berharap teman-teman media tidak secara vulgar menjabarkan metodenya seperti apa. Sebab, perilaku meniru itu sangat berbahaya. Efek medsos kalau tidak menjadi baik, maka bisa berdampak sangat buruk,” tuntasnya.(bin)