“Kita saat dulu masih kecil tidak pernah tahu besarnya mau jadi apa santri itu. Saat kita belajar kitab dari halaman ke halaman, kita nggak tahu mau jadi apa,” tambahnya.
Afif menyakini, saat ini santri bisa jadi apa pun. Menurutnya, kesabaran santri untuk belajar semua materi di pesantren, telah mengantarkan kita pada situasi saat ini.
BACA JUGA:Luncurkan Film Kejarlah Janji, KPU Jatim Edukasi Pemilu dengan Cara Kreatif
BACA JUGA:DPT Milenial Tinggi, KPU Jatim Goes to Campus, School dan Pesantren
“Ketekunan, keistikamahan lebih penting daripada 1.000 kekaromahan, kata kiai-kiai dulu,” tegasnya.
Afif juga mengucapkan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada istri, Nur Arofah istri yang selalu membersamai dalam seluruh aktivitas sejak bertemu.
BACA JUGA:Polres Situbondo Bersama KPU, Bawaslu, KKD, PWI, dan Wartawan Ikuti Pelatihan Peliputan Pemilu 2024
BACA JUGA:PKN Jatim Serahkan Berkas Masa Pencermatan DCT di KPU Jatim
“Kebetulan istri saya santriwati juga, santrinya Kiai Ilyas Ruhiat, yang juga mendapatkan anugerah tadi,” ucapnya.
Afif berharap inspirasi ini juga bisa menjadi penyemangat buat para santriwan, santriwati di manapun berada untuk tetap semangati bahwa belajar apapun, belajar di manapun, di pesantren, dari siapapun, yang penting itu, ambil yang baik, karena menurut Afif, semua orang adalah ilmu pengetahuan.
BACA JUGA:KPU Jatim Terima Kunjungan SMPN 2 Waru
BACA JUGA:KPU Surabaya Sosialisasi Pemilih Pemula, Ajak Pelajar Tidak Golput
Pada saatnya semua ilmu itu akan bermanfaat, jika digunakan untuk kebaikan. Santri akan bisa bermanfaat, jika para santri mendedikasikan dan mengamalkan seluruh amal kebaikan.
Afif mencontohkan misalnya dalam urusan pemilu sebagaimana dirinya direpresentasikan saat ini.
“Sejak tahun 1999 saya di dunia mahasiswa, di dunia LSM, kemudian jadi Bawaslu sampai sekarang 2023, urusannya pemilu terus. Kalau tanpa keistikamahan, tanpa konsistensi tidak ada cerita dari tahun 1999 sampai 2023. Ini membuktikan bahwa Al Istiqomah Khoirun Min Alfi Karomah,” pungkasnya. (*)