Produksi Kedelai Jatim Anjlok

Sabtu 28-12-2019,07:42 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Surabaya, Memorandum.co.id - Anjloknya produksi kedelai di Provinsi Jawa Timur dalam kurun waktu lima tahun terakhir benar-benar menjadi permasalahan serius. Karena itu, dinas terkait dalam hal ini Dinas Pertanian dan Ketaha nan Pangan berupaya mencari solusi. Tercatat, defisit produksi kedelai di Jatim dalam kurun waktu lima tahun terakhir turun sekitar 10,6 persen. Salah satu faktornya adalah menurunnya luas panen 10,1 persen dan menurunnya produktivitas 0,83 persen. Berdasar data Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim selama 2019, luas panen kedelai di Jatim sekitar 84.008 ton. Sedangkan untuk produktivitas 14,44 kuintal per hektare (ku/ha). “Rata-rata produksi kedelai di Jatim selama 5 tahun terakhir sekitar 301.031 ton ose, sementara kebutuhan konsumsi mencapai 447.912 ton ose,” kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jatim Hadi Sulistyo.[penci_related_posts dis_pview="no" dis_pdate="no" title="baca juga" background="" border="" thumbright="no" number="4" style="list" align="left" withids="" displayby="tag" orderby="rand"] Dijelaskan, masuknya impor kedelai karena petani kurang berminat menanam kedelai secara optimal. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal, seperti harga bibit kedelai Rp 8.500, namun setelah dijual harganya di bawah Rp 7.000. “Selain itu risiko hama dan penyakit lebih tinggi ketimbang padi atau jagung,” tandas dia. Menurut Hadi, karena harga jual yang tidak mendukung, maka intensifikasi budidaya kedelai secara umum jarang dilakukan pengelolaan tanaman secara terpadu. Sehingga dampaknya kualitas hasil panen kurang optimal. “Secara kualitas, kedelai impor lebih bagus ketimbang kedelai lokal milik petani,” ucap dia. Mengenai langkah apa yang akan diambil untuk mencegah defisit, Hadi menyebut pihaknya akan bekerjasama dengan pihak-pihak terkait untuk melakukan perluasan area tanam. Selain itu juga melakukan pola tumpang sari. “Kami juga akan mendorong industri olahan untuk memanfaatkan kedelai lokal,” tutur Hadi. Selain kedelai, lanjut Hadi, defisit juga terjadi pada komoditas bawang putih. Bawang putih mengalami defisit, karena luas tanam bawang putih hanya 73 ha dengan produktivitas rata-rata sebesar 7 ton/ha. “Maka produksinya hanya mencapai 497 ton. Sementara kebutuhan untuk konsumsi sebesar 59.280 ton. Dengan demikian, defisit bawang putih mencapai 55.783 ton,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Tepat Guna Badan Pemberdayaan Masyarakat (Bapemas) Jatim ini. (yok/lis)

Tags :
Kategori :

Terkait