Menikah dengan Lelaki Pengelana Dunia Malam (1)

Jumat 24-02-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Timan (bukan nama sebenarnya) di kalangan teman-temannya dikenal sebagai kalong. Manusia malam. Sebab, setiap malam dia selalu kelayapan dan jarang ada di rumah. Warga Waru ini hinggap dari satu tempat hiburan ke tempat hiburan yang lain. Istrinya, sebut saja Asih, tidak bisa berbuat banyak. Saat kali pertama bertemu Memorandum, perempuan berambut lurus dan berponi itu bersandar di jok motor yang diparkir di halaman Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya. Pandangannya menyapu sekitar, yang ramai oleh lalu-lalang pengunjung PA. ‘’Damput. Bajingan itu tidak nongol lagi,” katanya ketus. Berbanding terbalik dengan wajahnya yang kalem, kalimat kasar itu keluar dari mulut Asih dengan keras dan kasar. “Sabar, Mbak. Yang penting prosesnya cepet selesai. Biarkan dia nggak datang, nggak ngaruh,” kata gadis berambut pendek di sampingnya. Rupanya sang adik. Memorandum yang cukup lama berdiri tidak jauh dari Asih banyak mendengar cerita dua orang ini. Mulai Asih yang mengeluhkan hubungannya dengan Timan, permasalahan yang muncul di keluarga mereka, hingga terjadi perceraian di antara keduanya. Kata Asih kepada adiknya, mulanya dia tidak tahu alasan Timan meninggalkan rumah. Hampir setiap malam selepas Magrib. Ketika ditanya, jawabannya hanya singkat, cari angin. Sehari-dua hari Asih mencoba memaklumi. Tapi karena kebiasaan itu dilakukan tanpa mengenal jeda, dia mulai bertanya dengan kasar: ke mana saja sebenarnya Timan kelayapan setiap malam. Tidak diduga, Timan pun menjawab kasar. Dia mengaku tidak bisa beristirahat di rumah karena anak mereka selalu rewel. Menangis sepanjang malam. Namun, alasan ini dianggap mengada-ada, karena faktanya anak mereka yang memang masih bayi tidak serewel yang dikatakan Timan. Masalah ini akhirnya menjadi masalah laten dalam rumah tangga mereka. Dampak negatifnya melebar. Jika mulanya Timan keluar rumah setelah Magrib dan pulang tengah malam, kini semakin nggladrah. Tak jarang dia pulang menjelang pagi, bahkan menginap entah di mana. Piring terbang, sepatu terbang, hingga kursi terbang menjadi pemandangan yang biasa di rumah sederhana mereka. Personel keamanan pabrik sandal dan sepatu ini  bahkan mulai tega menyakiti istrinya secara fisik. Kekerasan dalam rumah tangga (KdRT) yang dilakukan Timan bahkan sempat sampai ke meja pengurus RT-RW. “Untung ae waktu iku gak tak lapurno pulisi (untung saja waktu itu tidak saya laporkan ke polisi),” kata Asih kepada adiknya. (jos, bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait