Bintang Terang Mahasiswa yang Sopir Arisan Sosialita (5)

Selasa 03-01-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Nitha menunjukkan dua lembar tiket pesawat. Dia mengaku tahu identitas Krisna saat makan malam. KTP-nya sempat difoto saat pemuda itu pamit ke toilet. “Sebenarnya aku ingin mengajak ke Paris atau Tokyo. Mau kasih kejutan. Sayang aku tidak tahu kamu memiliki paspor atau tidak. Maka kuputuskan ke Raja Ampat aja. Liburan murah meriah,” kata Nitha saat menunggu kedatangan pesawat di kafe bandara. “Mbak yakin aku bakal mau?” tanya Krisna. Nitha tersenyum. “Kamu tahu nggak? Matamu itu berbicara sangat banyak kepada Mbak.” Krisna membelalakkan mata. “Jangankan ucapan. Kata hati dan gesture tubuhmu sangat aku pahami. Apalagi sorot mata ini,” kata Nitha sambil menunjuk mata kiri Krisna dengan manja. Mendengar perkataan Nitha, tubuh Krisna langsung meriang. “Jangan-jangan Nitha seorang paranormal. Cenayang. Bayangan-bayangan negatif pun bersliweran di benaknya. Pertama. bagaimana kalau Nitha benar-benar tahu semua yang ada pada dirinya. Termasuk kata hatinya. Betapa malunya bila Nitha bisa membaca kata hatinya ketika kali pertama mereka berjumpa. Kedua, bagaimana kalau perjalanan liburan ini adalah jebakan agar Nitha bisa mengajak Krisna berbuat yang tidak-tidak. Toh Nitha tahu apa yang sebenarnya bergejolak di hatinya. Yang sebenarnya sangat rawan. Ketiga, kalau semua itu memang terjadi, apa yang harus dia lakukan? Bayangan-bayangan itu terus menghantui pikiran Krisna. Saat hendak melewati malam pertama di hotel dekat bandara, misalnya, hati Krisna sangat-sangat-sangat deg-degan. Apa yang akan terjadi? Seperti yang dikhawatirkan—atau justru diharapkan?—Krisna, ternyata Nitha hanya mem-booking satu kamar. Pikiran itu makin kacau ketika mereka bersiap membuka pintu kamar. “Jangan khawatir. Di dalam kamar hotel ini ada tiga kamar terpisah. Kita tidak akan seranjang seperti yang kamu khawatirkan,” kata Nitha seperti menjawab kekhawatiran yang sedang dipikirkan Krisna. Kamar hotel itu besar memang bukan kamar biasa. Tapi kamar eksklusif. Selain ada tiga kamar tidur, kamar besar seperti apartemen itu dilengkapi ruang tamu dan dapur terpisah. Juga teras lumayan luas yang menghadap ruang terbuka. Krisna merasa ditelanjangi dengan tebakan pikiran yang sangat tepat. Karena itu, dia berjanji dalam hati tidak akan menaruh kecurigaan macam-macam lagi kepada Nitha. Kapok! “Silakan memilih kamar yang mana saja yang kamu suka,” kata Nitha lagi. Krisna tersenyum. Tidak mau curiga-curigaan lagi. “Pilih yang mana? Jangan khawatir, di semua kamar ada beberapa setel pakaian pria. Cukup untuk seminggu. Ada pakaian pesta, pakaian santai, pakaian renang, dan pakaian olahraga.” Krisna menunjuk salah satu di antara tiga kamar tadi dan masuk. Memeriksa kondisi di dalamnya. Cukup lama. Sekitar 15 menit. Ketika hendak keluar, dari pintu yang lain Nitha masuk dengan pakaian tidur yang sangat tipis.  Menerawang merangsang. (jos, bersambung)  

Tags :
Kategori :

Terkait