Nitha menunjukkan dua lembar tiket pesawat. Dia mengaku tahu identitas Krisna saat makan malam. KTP-nya sempat difoto saat pemuda itu pamit ke toilet. “Sebenarnya aku ingin mengajak ke Paris atau Tokyo. Mau kasih kejutan. Sayang aku tidak tahu kamu memiliki paspor atau tidak. Maka kuputuskan ke Raja Ampat aja. Liburan murah meriah,” kata Nitha saat menunggu kedatangan pesawat di kafe bandara. “Mbak yakin aku bakal mau?” tanya Krisna. Nitha tersenyum. “Kamu tahu nggak? Matamu itu berbicara sangat banyak kepada Mbak.” Krisna membelalakkan mata. “Jangankan ucapan. Kata hati dan gesture tubuhmu sangat aku pahami. Apalagi sorot mata ini,” kata Nitha sambil menunjuk mata kiri Krisna dengan manja. Mendengar perkataan Nitha, tubuh Krisna langsung meriang. “Jangan-jangan Nitha seorang paranormal. Cenayang. Bayangan-bayangan negatif pun bersliweran di benaknya. Pertama. bagaimana kalau Nitha benar-benar tahu semua yang ada pada dirinya. Termasuk kata hatinya. Betapa malunya bila Nitha bisa membaca kata hatinya ketika kali pertama mereka berjumpa. Kedua, bagaimana kalau perjalanan liburan ini adalah jebakan agar Nitha bisa mengajak Krisna berbuat yang tidak-tidak. Toh Nitha tahu apa yang sebenarnya bergejolak di hatinya. Yang sebenarnya sangat rawan. Ketiga, kalau semua itu memang terjadi, apa yang harus dia lakukan? Bayangan-bayangan itu terus menghantui pikiran Krisna. Saat hendak melewati malam pertama di hotel dekat bandara, misalnya, hati Krisna sangat-sangat-sangat deg-degan. Apa yang akan terjadi? Seperti yang dikhawatirkan—atau justru diharapkan?—Krisna, ternyata Nitha hanya mem-booking satu kamar. Pikiran itu makin kacau ketika mereka bersiap membuka pintu kamar. “Jangan khawatir. Di dalam kamar hotel ini ada tiga kamar terpisah. Kita tidak akan seranjang seperti yang kamu khawatirkan,” kata Nitha seperti menjawab kekhawatiran yang sedang dipikirkan Krisna. Kamar hotel itu besar memang bukan kamar biasa. Tapi kamar eksklusif. Selain ada tiga kamar tidur, kamar besar seperti apartemen itu dilengkapi ruang tamu dan dapur terpisah. Juga teras lumayan luas yang menghadap ruang terbuka. Krisna merasa ditelanjangi dengan tebakan pikiran yang sangat tepat. Karena itu, dia berjanji dalam hati tidak akan menaruh kecurigaan macam-macam lagi kepada Nitha. Kapok! “Silakan memilih kamar yang mana saja yang kamu suka,” kata Nitha lagi. Krisna tersenyum. Tidak mau curiga-curigaan lagi. “Pilih yang mana? Jangan khawatir, di semua kamar ada beberapa setel pakaian pria. Cukup untuk seminggu. Ada pakaian pesta, pakaian santai, pakaian renang, dan pakaian olahraga.” Krisna menunjuk salah satu di antara tiga kamar tadi dan masuk. Memeriksa kondisi di dalamnya. Cukup lama. Sekitar 15 menit. Ketika hendak keluar, dari pintu yang lain Nitha masuk dengan pakaian tidur yang sangat tipis. Menerawang merangsang. (jos, bersambung)
Bintang Terang Mahasiswa yang Sopir Arisan Sosialita (5)
Selasa 03-01-2023,10:00 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Selasa 16-12-2025,21:30 WIB
Jelang Nataru, Polres Blitar Gelar Rapat Lintas Sektoral Operasi Lilin Semeru 2025
Selasa 16-12-2025,22:22 WIB
Bupati Situbondo Ajukan Penangguhan Penahanan Kakek Masir Terkait Kasus Pencurian Burung Cendet
Selasa 16-12-2025,18:57 WIB
Satsamapta Polres Kediri Kota Gelar Risk Assessment Mapolsek Jajaran Jelang Natal dan Tahun Baru
Selasa 16-12-2025,19:31 WIB
Empat Laga Tanpa Kemenangan, Uston Nawawi Tanggapi Kritik Suporter Persebaya
Rabu 17-12-2025,07:45 WIB
Diduga Mengantuk, Mobil Xenia Tabrak Xpander dan Terbalik di Simokerto Surabaya
Terkini
Rabu 17-12-2025,18:32 WIB
Oknum Jaksa Kejari Sidoarjo Diduga Gunakan Narkoba, Hasil Tes Urine Negatif
Rabu 17-12-2025,18:23 WIB
DPD PDI-P Jatim Pastikan Konferda dan Konfercab Serentak Berjalan Tertib dan Lancar
Rabu 17-12-2025,17:54 WIB
Menjelang Nataru Diskoperindag Situbondo Sidak Tiga Pasar Tradisional
Rabu 17-12-2025,17:46 WIB
DPRD Surabaya Soroti Transisi Resto ke Kelab Malam Tanpa Jeda Rawan Kecolongan Anak
Rabu 17-12-2025,17:39 WIB