Jelang HSN 2021, Dema Uinsa Gelar Webinar Nasional Santri dan Era Post Truth

Kamis 21-10-2021,15:34 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Surabaya, memorandum.co.id - Jelang peringatan Hari Santri Nasional (HSN) 2021, Dewan Eksekutif Mahasiswa UIN Sunan Ampel (DEMA UINSA) Surabaya menggelar webinar nasional bertajuk Santri dan Era Post Truth, Kamis (21/10/2021). Di awali dengan upacara Hari Santri, webinar yang dipandu oleh Gus Mahmud Qudory, Pengurus Pondok Pesantren Modern Al-Rifa’ie Malang ini mendatangkan tiga narasumber. Di antaranya yaitu, Ning Lia Istifhama yang merupakan Wakil Sekretaris MUI Jatim dan juga Doktoral UINSA, Rizal Mumazziq Zionis selaku Rektor INAIFAS Kencong Jember, dan praktisi sosial Abul Ala Maududi. Pada kesempatan ini, Ning Lia mengawali pemaparannya dengan menceritakan sejarah Hari Santri. Yakni, momentum resolusi jihad yang digelorakan oleh sang Hadratussyaikh KH Hasyim Asyari. “Resolusi jihad menjadi momentum pertahanan kemerdekaan bangsa. Dengan begitu, spirit perjuangan Nahdliyyin saat itu, adalah salah satu pondasi penting membentuk hubbul wathon minal iman dan nasionalisme,” terang aktivis perempuan yang juga Ketua I STAI Taruna Surabaya ini. Seiring dengan tagline Hari Santri Nasional (HSN) 2021 yang mengusung tema Santri Bertumbuh, Berdaya, Berkarya, juga mendapat perhatian Ning Lia. “Berbicara bagaimana santri bertumbuh, berdaya, dan berkarya, adalah bagaimana pondasi ilmu ada dalam pribadinya. Dalam hal ini, disampaikan oleh Amirul Mukminin Ali ra, bahwa ada tiga jenis kategori manusia. Yaitu seorang yang berilmu dan mengajarkan ilmunya dan seorang yang terus mau belajar. Keduanya ini adalah orang yang berada di atas jalan keselamatan. Sedangkan ketiga, orang yang tidak berguna dan gembel dan selalu mengikuti setiap orang yang bersuara karena tidak punya pendirian dan tidak dinaungi oleh cahaya ilmu," jelasnya. “Saat kita bicara penguatan ilmu, maka dari sinilah kita bicara bahwa pondasi ilmu adalah pesantren. Pesantren menerapkan model pembelajaran sesuai anjuran Rasulullah SAW yaitu, secara Rabbani bahwa pembelajaran dilakukan secara bertahap dari yang sederhana berangsur menuju yang sulit. Pesantren juga menyiapkan karakter syubbanul yaum rijalul ghod yaitu, pemuda sekarang yang kelak menjadi pemimpin," sambung Ning Lia. Ning Lia juga menambahkan bahwa karakter santri yang memiliki modal sosial kuat, menjadi pondasi terbentuknya pemimpin yang bijak dan sekaligus sebagai agen penyelamat karakter sosial atas potensi degradasi di era digitalisasi. “Mari para santri menyiapkan diri sebagai penyelamat kebenaran. Jika ada dis-informasi atau kebohongan yang terjadi di tengah masyarakat, maka semoga para santri bisa menampilkan karya untuk mengimbangi informasi atau kebohongan yang beredar dengan membangun framing untuk yang benar bagi masyarakat. Hal ini penting karena peran kita sebagai anak bangsa," tegasnya. Sedangkan Gus Rijal, dalam webinar nasional ini menjelaskan agar para santri tidak mudah larut dalam arus namun juga jangan terlalu idealis di tengah masyarakat. “Jangan melawan atau menentang arus, dan jangan juga mudah katut (ikut) arus, melainkan buat arus dan kembangkan potensi diri," katanya. Sementara itu pmateri terakhir yakni, Gus Abul Ala, pada kesempatan ini mengambil bahasan tentang bahayanya platform sosial media pada terwujudnya post truth. “Mari kita isi platform sosial media dengan tulisan atau content positif. Dari situ, kita bisa mengangkat peran penting santri bagi negeri ini," ajaknya. Webinar oleh DEMA UINSA tersebut dihadiri beberapa aktivis mahasiswa UINSA, di antaranya Aulia Ramadhany dan Fachrul Fatih serta diikuti partisipan dari berbagai kabupaten/kota. (mg3)

Tags :
Kategori :

Terkait