Perempuan Jakarta Dijadikan Sapi Perahan Lelaki Hilang (1)

Jumat 26-02-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Badan yang Dulu Semok dan Montok Kini Kurus Kering

Saat menikah dengan Koko (bukan nama sebenarnya), Nia (samaran) sudah janda. Tanpa anak. Mereka diperkenalkan teman Nia yang istri pengusaha. Sayang, rumah tangga mereka tidak langgeng. Nia yang juga istri pengusaha ditinggal mati suaminya karena sakit jantung sekitar 1,5 tahun lalu. Kekayaannya melimpah. Rumahnya ting tlecek dan tabungannya tidak akan habis untuk hidup mewah tujuh turunan. Maklum, selain atas usaha sendiri, suami Nia memang sudah kaya dari sononya. Kaya keturunan. Saking kayanya, saat suami meninggal, Nia dijuluki perempuan jakarta (janda kaya harta). Nia yang selama ini dimanjakan suami mendapat perlakuan sebaliknya dari Koko. Warga Tegalsari ini hanya mendapati Koko berkelakuan baik tidak lebih dari sebulan. Setelah itu kalakuannya amat kasar dan tidak ada perhatian sama sekali. Koko juga jarang pulang. Tiap hari pasti bangun kesiangan, lalu pamit kerja. Pulangmya tidak mesti. Kadang satu jam sudah pulang, namun tidak jarang menginap berhari-hari tanpa kejelasan. Kalau ditanya selalu marah dan berujung pertengkaran. “Padahal aku tanya baik-baik. Aku malah dianggap turut campur dalam pekerjaan, yang akhir-akhir ini diakui sering berantakan,” kata pengacara Nia, sebut saja Ikin, menirukan ucapan kliennya saat ditemui di sekitar Pengadilan Agama (PA) Surabaya, Jalan Ketintang Madya, beberapa waktu lalu. Kabarnya Koko juga senang mempermainkan wanita. Karena itulah dia dikenal sebagai lelaki hilang (hidung belang). Tapi Nia tidak bagitu saja percaya kabar tersebut. Yang jelas, yang dikeluhkan Nia adalah Koko sering minta uang. Tidak sejuta-dua juta, tapi selalu dalam jumlah besar. Kandang bahkan sangat besar. Jumbo. “Alasan Koko, usahanya gagal dan membutuhkan suntikan modal,” imbuh Ikin. Setahun-dua tahun Nia masih menuruti permintaan Koko. Tapi, lama-kelamaan kepercayaan Nia hilang. Sebab, setiap ditanya usaha apa yang dijalankan, Koko tidak pernah berterus terang. Jawabnya mblulet kayak entut diblender. Nia yang dulu terkenal syantik dan sueksi berubah bah-bah-bah. Penampilannya amburadul. Wajah yang dulu mulus dan glowing kini kusam dan terlihat jauh lebih tua dari usianya. Badannya pun tidak lagi semongko (semok, montok, dan leko). Sekarang kurus kering seperti lahan persawahan pada musim kemarau. Cahaya raut mukanya bak gerhana bulan tertutup awan hitam. Kelabu. “Sudah begitu, Koko tidak pernah menyentuhnya. Bukan lagi jablai, jarang dibelai; melainkan tiperblai, tidak pernah dibelai. Sunnguh kasihan,” kata Ikin, yang lantas mengambil sesuatu dari dalam tas kerjanya. Ikin kemudian menujukkan foto Nia dua tahun yang lalu dan sekarang. Bagai bumi dan langit. Orang yang melihatnya pasti mengira foto-foto tersebut orang yang berbeda. Penderitaan Nia tidak berhenti sampai di  situ. Ketika dia mengancam tidak akan memenuhi permintaan Koko bila kelakuannnya tidak diubah, lalaki no game (gak main) ini tidak segera bereaksi. Koko mempersilakan Nia merealisasikan ancamannya itu. No wha-what, “Tapi aku punya ini. Ini, ini, dan ini. Nilainya juuauh lebih besar dari yang kuminta,” kata Koko sambil memperlihatkan beberapa berkas di tangan kirinya. (jos, bersambung)   Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih  
Tags :
Kategori :

Terkait