Perempuan dan Ular Hijau di Tandon Air Wonokitri (3)

Kamis 14-01-2021,10:10 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Ingat Kejadian Itu, Sanggup Berkali-kali Puaskan Istri

Entah siapa yang memulai dan bagaimana awalnya, Pak Anton terlibat baku mesra dengan perempuan di tandon air Wonokriti. Seru. Seperti ular, saling pagut; seperti ayam jago, saling gebrak. Pak Anton seperti diterbangkan ke awan sampai akhirnya kelelahan dan tertidur. Bangun-bangun saat tubuhnya terasa disapu udara dingin yang menyengat. Pak Anton bangkit. Duduk. Masya Allah… saat itu dia baru menyadari ternyata tubuhnya tidak ditutupi sehelai benang pun. Telanjang bulat. Bulat-lat-lat-lat. Baju dan celananya teronggok tak jauh. Pantas dinginnya mintya ampyun. Menyadari kondisinya, Pak Anton menoleh ke kanan dan ke kiri, takut ada yang melihat. Saat yakin tidak ada orang, dia kenakan baju dan celananya. Juga, jam tangannya yang ternyata juga dicopot. Dia lirik posisi jarumnya. Sekitar pukul 01.15. Kemudian bergegas menuju motornya di jalan. Pak Anton memeriksa ban belakang motor yang tadi gembos. Dia yakin itu. Sangat yakin. Tapi, lho… kini kok tekanan anginnya masih ada ya. Pak Anton mengernyit sambil njenggilengi ban kendaraannya. Benar, terlihat mangkal seperti ban terisi angin. Ditekan-tekan, lumayan kenyal. Sampai di rumah, Pak Anton diumbah istrinya. Maklum, malam itu seharusnya dia mengantar Bu Anton menjenguk ibunya yang sedang sakit. Untuk menebus dosa, Pak Anton merayu Bu Anton habis-habisan. Sampai berhasil menggiringnya ke medan laga di atas ranjang. “Tidak seperti biasa, Ojob memelukku erat-erat sepanjang pertempuran,” cerita Pak Anton, lalu tersenyum, “Dia bahkan sampai tanduk-tanduk. Untung aku kuat.” “Mosok, Pak? Paling barek mbayongko arek tandon Wonokitri,” godaku. Pak Anton tersenyum ambil menaruh telunjuk di depan bibir. Keesokan harinya Pak Anton dipanggil Bu Anton ketika sedang senam tipis-tipis di teras rumah. “Pak… rinio. Opo iki? Apik,” kata Bu Anton seperti ditirukan Pak Anton sambil memperlihatkan sesuatu. Pak Anton mengambil sesuatu itu dari tangan istrinya. Lalu melihatnya dengan teliti, “Di mana kau temukan ini?” “Bapak iki piye toh? Mosok gak ngerti? Keselip nang sempak Pean.” Pikiran Pak Anton langsung melayang ke ceritaku soal pertemuan vs perempuan dan ular hijau di tandon air Wonokitri. Lalu menghubungkan pengalamannya sendiri semalam. “Gakruh, Buk,” kata Pak Anton kemudian. “Apik, Pak. Gowo’en. Simpenen. Tolong kapan-kapan didandakno nang Pak Sir. Untuk bandul kalung. Dilapis emas rong gram lak keren. Langka nggak ada yang punya.” Yang ditunjukkan Bu Anton ternyata sisik ular sebesar uang klithik pecahan Rp 500. Warnanya hijau mengkilat, yang berpendar-pendar ketika ditimpa cahaya. Indah, memang. Teringat kejadian semalam, tanpa disadari, sesuatu terjadi di bagian bawah perut Pak Aton. Lelaki berambut perak itu lantas tergopoh-gopoh mencari tempat duduk untuk menyamarkan tonjolan di balik sarung. (bersambung)     Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih  
Tags :
Kategori :

Terkait