Bangun Solidaritas Sosial

Selasa 21-05-2019,10:04 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

SURABAYA - Puasa Ramadan sesungguhnya mengandung nilai-nilai untuk dapat memetik hikmahnya. Terutama yang berkaitan dengan kehidupan antarsesama manusia. Rektor Unesa Prof DR Nurhasan M.Kes menyampaikan, Ramadan ini harus dimaknai untuk menumbuhkan empati untuk membangun solidaritas sosial yang kuat, demi membangun Indonesia damai dan berdaulat. Menurut Nurhasan, ibadah puasa bukan sekadar menahan haus dan lapar. Akan tetapi sejatinya juga untuk melatih pengendalian diri dan merasakan penderitaan orang lain. "Puasa bukan sekadar menahan haus dan lapar. Tetapi sejatinya juga untuk melatih merasakan penderitaan orang lain. Puasa harus dimaknai untuk menumbuhkan empati untuk membangun solidaritas sosial," papar Nurhasan. Untuk mengingatkan kembali makna berpuasa sebenarnya, dapat dilihat dari beberapa sisi. Di antaranya usaha menahan diri dari segala emosi dan menjauhi segala perbuatan yang tercela. "Semoga Ramadan menjadi momen bagi kita semua untuk introspeksi, menjaga diri dari hawa nafsu, serta membangun kembali ikatan persaudaraan. Selamat menunaikan ibadah puasa kawan," pesan Rektor Unesa ini. Ditambahkan Nurhasan, seiring kondisi perpolitikan di tanah air dalam beberapa bulan terakhir cukup hangat, seiring agenda pemilu serentak 2019. “Seyogianya datangnya Ramadan ini hendaknya dijadikan momentum pemulihan hubungan baik berbagai khalangan atau masyarakat yang selama ini berseberangan karena beda sentimen politik,” kata dia. Lanjut Nurhasan, dari sinilah bagi mereka para politisi atau segenap masyarakat dalam kelompok yang melakukan interaksi politik di dalam menjalankan ibadah puasa seharusnya bisa mengambil hikmah dari bulan suci Ramadan ini. Sebuah hikmah yang berupa pengendalian diri dan nafsu di Ramadan ini, yang akan sangat membantu mereka untuk bisa meraih sukses dalam berkompetisi secara sehat, fair dan penuh kedamaian. "Dengan kondisi sosial masyarakat yang terpolarisasi secara politik, Ramadan adalah momentum yang tepat untuk saling menahan amarah, melakukan koreksi diri, serta menghindari segala macam gesekan dan pertikaian antar umat," pungkas Nurhasan. (alf/nov)  

Tags :
Kategori :

Terkait