Cuaca Ekstrim, Ribuan Nelayan di Bangkalan Pilih Lego Jangkar

Senin 14-12-2020,08:31 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Bangkalan, Memorandum.co.id - Gedoran cuaca ekstrim mulai menebar ancaman di seantero perairan Selat Madura. Dampaknya, ribuan nelayan di 11 kecamatan pesisir Kabupaten Bangkalan, jadi miris untuk melaut. Mereka, setidaknya dalam sepekan terakhir ini, serentak lebih memilih lego jangkar sementara waktu. “Jika tetap nekad melaut, ya sangat berbahaya pak. Rekan-rekan bisa celaka di tengah laut,” kata Hamim (57), ketua paguyuban nelayan Janor Koneng di Kampung Lebak, Kelurahan Pangeranan, Kecamatan Bangkalan, Senin (14/12) pagi tadi. Maklum, dalam sepekan terakhir ini, suasana perairan Selat Madura, termasuk Laut Jawa, sedang bergolak. Hujan lebat disertai kilatan petir, tiupan angin kencang, gulungan ombak besar dan arus deras, menurut Hamim, rutin mewanai laut tempat ribuan nelayan Kabupaten Bangkalan kaprah berburu rejeki. Akibatntya, sekitar 400 lebih nelayan Kampung Lebak dan Bandaran, lebih memilih lego jangkar di sepanjang kanan-kiri muara Sungai Bangkalan. Sekitar 100 lebih nelayan di Kampung Panji’an, Barat Tambak dan Kampung Baji’, Kelurahan Bancaran, juga pilih sandar di sepanjang muara Sungai Bancaran. “Alasan rekan-rekan nelayan sama. Mereka pada takut melaut ketika cuaca ekstrim sedang mencapai puncaknya seperti sekarang ini,” tandas Hamim. Kalaupun ada yang tetap nekad, paling-paling hanya berseliweran di sekitar pesisir pantai, guna mengais rejeki seadanya. Hamin yakin, keputusan serupa juga ditekuni ribuan nelayan di 10 kecamatan pesisir lainnya. Yakni nelayan Kecamatan Tanjung Bumi, Sepulu, Klampis, Arosbaya, Socah, Kamal, Labang, Kwanyar, Blega dan Kecamatan Modung. Di lain pihak, Kepala Pelaksana Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bangkalan, Rizal Morris,AP MSi, menilai keputusan para nelayan untuk lego jangkar merupakan pilihan yang tepat. Sebab ketika cuaca ekstrim mencapai puncaknya, tidak hanya menebar ancaman bahaya di darat, tetapi juga di laut. Faktanya, pada tahun-tahun sebelumnya, musibah kecelakaan laut rutin dialami para nelayan di Kabupaten Bangkalan. Pada kisaran November 2017 lalu, misalnya, dua nelayan kampung Lebak, hilang terseret arus ketika perahu mereka karam dihantam gelombang.” Jenazah keduanya ditemukan di Pantai Sambilangan, Kecamatan Bangkalan, dua hari setelah musibah,” kenang Rizal. Sebelumnya, pada tahun 2015, dua nelayan Kampung Bandaran, serta lima nelayan Kecamatan Tanjung Bumi, juga mengalami nasib tragis serupa.”Jadi selama cuacara ektrim masih menggejala, rekan-rekan nelayan memang lebih baik lego jangkar sementara waktu,” pungkas Rizal Morris. (ras).

Tags :
Kategori :

Terkait