Oleh: Arief Sosiawan
Pemimpin Redaksi
Lusa, Senin (6/5), kita memasuki Ramadan. Waktu itu seluruh umat muslim (yang beriman) menunaikan ibadah puasa sebulan penuh. Karena itulah, masa puasa ini disebut puasa Ramadan.
Puasa Ramadan selalu ada setiap tahun. Selalu datang tepat waktu. Selalu ditunggu-tunggu umat muslim sedunia, termasuk umat muslim di Indonesia.
Ditunggu-tunggu, karena diyakini semua umat muslim bahwa sepuluh hari pertama pada bulan ini dipenuhi rahmat. Sepuluh hari kedua, penuh ampunan; dan sepuluh hari ketiga kurun pembebasan dari neraka. Ini terungkap dari hadis riwayat Abu Hurairah.
Itulah yang menjadi pedoman dan penguatan bagi umat Islam. Apalagi, dalam agama Islam, puasa Ramadan adalah kewajiban bagi setiap individu. Individu yang sudah mencapai kata dewasa atau aqil baligh, baik perempuan maupun laki-laki.
Ramadan juga selalu dianggap bulan baik. Bulan penuh bekah. Pada bulan ini semua orang akan selalu berbondong-bondong melakukan kebaikan. Berlomba-lomba menjadi orang saleh. Beramai-ramai menjadi orang yang senang beribadah, suka beramal. Alhasil, akan tampak indah untuk dilihat.
Tapi, apakah itu semua terlihat indah di Indonesia? Mengingat, saat ini Indonesia sedang menunggu keputusan siapa pemenang pemilu? Siapa presiden terpilih? Siapa caleg-caleg terpilih?
Pasti semua jawaban akan sama. Berharap ramadan di Indonesia tahun ini nikmat. Indah dirasakan dan enjoy dilihat. Jawaban seperti itu tidak benar. Seratus persen tidak tepat! Sebab, secara nyata dan kasat mata, rakyat kini sedang terbelah akibat pemilu serentak yang digelar 17 April 2019. Ada yang prokemenangan Prabowo- Sandi. Ada yang prokemenangan Joko Widodo-Ma’ruf Amin.
Bagi mereka (rakyat) yang pro-Prabowo-Sandi, kemenangan junjungannya sudah masuk pada tahapan harga mati. Tak hanya itu, pendukung Prabowo-Sandi sudah sering menegaskan bahwa pemilu kali ini ada kecurangan. Hingga ribuan kecurangan. Bahkan, mereka tidak segan mencuatkan kalimat people power. Kalimat yang sangat dibenci dan ditakutkan oleh siapa pun penguasa.
Sebaliknya bagi mereka yang mendukung Joko Widodo-Ma’ruf Amin, kemenangan sudah ada di tangan dan tinggal menunggu pengumuman oleh KPU pada 22 Mei nanti.
Mereka (pendukung Joko Widodo-Ma;ruf Amin), meski mengakui pemilu kali ini ada kecurangan, tetap berpedoman akan mengikuti tahapan sesuai ketetapan yang ada. Mereka optimistis jagonya akan dilantik menjadi presiden pada Oktober nanti.
Jadi, keterbelahan rakyat kali ini menjadi pantas untuk diwaspadai aparat keamanan. Sebab, akhir-akhir ini elite politik di negeri ini sudah terlihat tidak kondusif dalam bersikap politik.
Mereka satu sama lain sama-sama mengklaim benar. Mengklaim menang. Dan, membawa kelompoknya untuk membenarkan sikapnya.
Sehingga, keindahan beribadah umat muslim pada Ramadan tahun ini terancam sikap politik konyol para elite.(*)