Oleh: Ali Murtadlo Kita sebetulnya mau apa? Mau menyelesaikan pandemi ini atau ramai-ramai menghantam kebijakan seorang gubernur? Kita sebetulnya mau apa? Mau menyelamatkan nyawa dulu atau menyelamatkan perekonomian? Kita sebetulnya mendengarkan siapa? Presiden atau menterinya? Presiden Jokowi jelas-jelas berpidato bahwa restart ekonomi baru dilakukan jika kesehatan terkendali. Alias penanganan pandemi first, ekonomi mengikuti. Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan: gara-gara statemen Anies, langsung ada sentimen negatif terhadap indeks harga saham gabungan. Mengganggu ekonomi. Padahal, Gubernur Anies menjadikan petunjuk presiden itu sebagai dasar keputusan PSBB mulai Senin kemarin. Mengapa disalahkan? Oleh para pembantu presiden? Mengapa Anies yang diserang, mengapa bukan yang bikin petunjuk? Lalu, banyak yang mengatakan karena Anies tidak konsultasi, tidak kordinasi. Anies tidak menjawab sendiri. Tapi, Menteri Kesehatan yang mengatakan bahwa PSBB belum dicabut, "Pak Anies bebas melanjutkan," kata Menkes. Kurang kuat? Kepala BNPB Letjen TNI Doni Monardo mengatakan," Pak Anies tanya, apa pendapat Pak Doni. Saya bilang: Pak Gubernur statusnya masih merah, resikonya tinggi. Jangan dikendorkan. Kalau kemarin agak dilonggarkan, sekarang agak diketatkan lagi." Sangat cocok dengan kebijakan Anies. Lalu, gegara statemen Anies, IHSG langsung melorot? Tak tanggung-tanggung yang bicara Ridwal Kamil, gubernur Jabar. Dia bilang gara-gara statemen Anies langsung ada sentimen negatif. IHSG turun Rp 300 triliun. Pernyataaan ini jadi bulan-bulanan ahli ekonomi. "Ngerti ga apa yang kamu omongkan. Itu angka-angka ngawur. Harusnya kamu punya rasa malu," kata Dr Rizal Ramli. Mantan Sekretaris kementerian BUMN Said Didu memperjelasnya. "Bagaimana pasar modal kehilangan sekitar Rp 300 T sementara transaksi per hari hanya Rp 4-6 T. Tidak tahu, tapi yang penting salahkan Anies. Gitu? katanya seperti dikutip Kronologi.id, 13 September 2020. Emha Ainun Nadjib, Cak Nun, malah ngetwit begini: Catat siapa yang mengkritisi melorotnya harga saham sekali saja. Mengapa mereka diam saja ketika kematian dokter sudah melebihi angka 109." Yang paling memprihatinkan adalah suara keprihatinan anggota DPD RI Prof Jimly Assiddiqie ini. "Mengapa rezim pemerintah pusat kok beroposisi ke pemda. Aneh, lucu, dan sangat berbahaya. Sebaiknya presiden segera meluruskan dan pemda juga tahu posisi sebagai subsistem," katanya. Karena angka keterjangkitan covid yang masih melejit ini, Malaysia dan 58 negara lainnya melarang WNI masuk. Mengapa hal itu tidak cukup membuat kita bergotong royong melawannya? Mengapa justru ramai-ramai menghajar seorang gubernur yang jelas-jelas melawannya. Berikhtiar menurunkannya? Kata Rocky Gerung: logikanya pada kemana? Karena kita masih terbelenggu covid, suka tidak suka, kita harus bersama melawannya. Bukan melawan yang melawannya. Untuk apa? Rakyat bertanya. Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)
Negeri Tanda Tanya
Selasa 15-09-2020,17:01 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Senin 02-12-2024,13:55 WIB
Tidak Pernah Menang di Premier League, Ini Kata Pelatih City
Senin 02-12-2024,06:16 WIB
Hasil Sementara FORDA II Jatim: Koleksi 31 Medali, Kota Malang Duduki Peringkat Kedua
Senin 02-12-2024,08:05 WIB
27 Paslon Diusung PKS Menang Pilkada Jatim 2024
Senin 02-12-2024,15:10 WIB
Catatan Eko Yudiono: Dari Pramuniaga Supermarket, Tijjani Reijnders Kakak Eliano Jadi Bintang di Milan
Senin 02-12-2024,07:02 WIB
FORDA II Jatim: FESPATI Kota Malang Sumbang Medali Emas dan Perunggu
Terkini
Senin 02-12-2024,22:58 WIB
Tujuh Fraksi DPRD Lamongan Sepakat Dukung Raperda Perseroda BPR Bank Daerah Lamongan
Senin 02-12-2024,22:51 WIB
Pipa PDAM Rusak, Ribuan Warga Pulau Gili Ketapang Alami Krisis Air Bersih
Senin 02-12-2024,22:33 WIB
Tipu Pembeli Kayu Rp 6,5 M, Mantan Direktur PT TAS Dituntut 1 Tahun Penjara
Senin 02-12-2024,22:23 WIB
Fraksi Golkar Dorong Pemprov Bentuk BUMD Pangan
Senin 02-12-2024,22:13 WIB