Cinta Suci yang Menembus Tabir Dunia Jin dan Dunia Manusia (37)

Selasa 15-09-2020,15:15 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Ghadi-Sultan Tara Bertarung dalam Rupa Beliung Api vs Beliung Air

Paman Karim kaget mendengar kakaknya yang menanyakan keberadaan Laila. Bukankah sudah lama Laila dibawa kabur Pangeran Sabrang Kali, setelah sempat ditemukan pingsan di pesisir Segoro Kidul bersama perempuan tua? “Bukankah Laila dibawa Pangeran Sabrang Kali?” tanya Paman Karim. Pangeran Zalim spontan menghentikan serangan. Tampak bingung. Linglung.  Pandangan matanya dipenuhi berjuta tanya. “Laila sempat bersama Pendekar Ghadi. Entah ke mana. Yang jelas, Laila ditemukan prajuritku di pingsan di pesisir Segoro Kidul,” imbuh Paman Karim. Diceritakan bahwa Laila kemudian dibawa ke markas pasukan mujahidin. Namun belum sampai tujuan, mereka tepergok Pangeran Sabrang Kali. Terjadi perebutan yang tak seimbang. Laila lantas berpindah tangan dan dibawa kabur Pangeran Sabrang Kali. “Tampaknya aku telah dikhianati,” kata Sultan Zalim. “Maksud Kanda?” Sultan Zalim mengaku tadi waktu sedang mengeroyok Karim, dia merasakan ada serangan misterius yang melukai punggungnya. Dan, ia yakin itu tidak datang dari Karim. “Aku sangat tahu gerakanmu. Aku mewasdaimu,” kata Sultan Zalim. Pandangan matanya tidak fokus. Kosong. “Kakanda tunggu dulu di sini,” kata Paman Karim, yang lantas melesat membantu Ghadi menghadapi Sultan Tara. Saat itu pertarungan Ghadi vs Sultan Tara sedang seru-seruya. Kekuatan mereka seimbang. Paman Karim bahkan sampai tidak sempat turun gelanggan. Terpukau menyaksikan keduanya adu kesaktian dari pucuk cemara. Dia melihat suami Laila lincah berloncat-loncatan mengelilingi bara yang apinya menyala-nyala setinggi dua batang pohon kelapa. Pada detik terakhir, Ghadi meloncat tinggi bagai terbang. Slap! Sementara itu, perlahan-lahan ujung api pecah menjadi tiga tanduk. Belum selesai sampai di situ, ketiga tanduk api tadi saling melilit membentuk kepang panjang. Begitu seterusnya hingga akhirnya tampak sebentuk cambuk api raksasa. Tapi belum sempurna. “Gawat. Mampukah Ghadi menghadapinya?” batin Paman Karim. Dia belum pernah melihat kemampuan tempur seperti itu. Hilanglah niatnya untuk turun gelanggang. Paling tidak, untuk sementara sambil melihat perkembangan. Dari ketinggian di balik mega, Ghadi yang melihat aksi Sultan Tara teringat Nabi Ibrahim yang dibakar hidup-hidup oleh Raja Namrud. Dia segera merapalkan doa seperti yang pernah diucapkan Nabi Ibrahim, “Hasbunallah wa ni’mal wakil.” Tubuh pemuda tersebut lantas berputar seperti gangsing. Tidak langsung menabrak api jelmaan Sultan Tara, tapi melesat ke kedalaman sungai dan menenggelamkan diri sedalam-dalamnya. Dua-tiga menit kemudian Ghadi kembali ke permukaan sambil memutar tubuh lebih kencang. Dahsyat. Ghadi menjelma bak puting beliung berekor pusaran air yang berputar-putar membelit apa saja yang dilalui. Dua beliung ini lantas berhadap-hadapan bagai koboy siap saling tembak dan oreng Medure siap carok. Saling berhadap-hadapan. Saling Mengintai. Saling siap mati demi harga diri, (bersambung)   Penulis : Yuli Setyo Budi Pembaca yang punya kisah menarik dan ingin berbagi pengalaman, silakan menghubungi nomor telepon / WA 0821 3124 22 88 . Bisa secara lisan maupun tulisan. Kisah juga bisa dikirim melalui email yulisb42@gmail.com. Terima kasih
Tags :
Kategori :

Terkait