Training Karakter Atau Anak Manja

Minggu 13-09-2020,17:01 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

Oleh: Ali Murtadlo "Jadi yang penting bukan pelatihan usaha. Tapi, training karakter," kata bos dan founder Wardah Nurhayati Subakat saat jadi pembicara peluncuran Buku Mokh Nadjikh Penggerak Saudagar Muhammadiyah Jumat dua hari lalu. Nadjikh adalah bos dan pendiri Kelola Mina Laut yang meninggal dunia 17 April lalu. Lima karakter yang menurut Nurhayati Subakat harus ditumbuhkan sejak dini yang pertama dan utama adalah Ketuhanan. "Ini karakter dasar. Bisnis dan usaha kita apa pun tidak boleh menabrak rambu agama. Tapi, justru digerakkan sesuai tuntunan agama," katanya. Kedua, kepedulian. "Pak Nadjikh saat webinar 4 April lalu usul agar kita membantu UMKM yang terdampak Covid. Itu menunjukkan beliau pengusaha yang sangat peduli," kata Bu Nur, panggilan akrabnya. Ketiga, kerendahan hati. "Pak Nadjikh bilang begini. Bu, kami mau belajar kepada Wardah. Saya bilang tidak keliru Pak. Bapak jagoan ekspor. Saya baru jago kandang. Tapi, kata-kata beliau itu menunjukkan bahwa beliau itu sangat rendah hati," katanya. Keempat, ketangguhan. "Jadi pengusaha itu harus tekun, ulet, dan pantang menyerah. Dalam hidup, tentu saja juga dalam bisnis, pasti banyak tantangan, seperti kami dulu kebakaran. Harus bangkit, pantang menyerah. Apalagi, ada support karyawan yang luar biasa," katanya. Kelima, inovasi. "Zaman terus berubah. Pebisnis harus berinovasi agar produknya tetap bisa diterima pasar. Itulah yang kita tanamkan kepada anak-anak dan karyawan kita. Kreatif dan inovatif," katanya. Anda ingin punya anak pebisnis atau sukses di bidang apa pun? "Ajarkan lima karakter ini sejak masih muda. Jangan setelah lulus kuliah. Itu pelatihan kerja namanya. Sulit menancapkan karakter kalau umur sudah melebihi 30 tahun," katanya. Menancapkan karakter bahwa mahaskenario kesuksesan adalah Allah, peduli, rendah hati, tangguh, kreatif-inovatif sejak dini adalah tugas kita sebagai orang tua. Kadang "penyakit" kita adalah tidak tega melihat anak menderita, jatuh bangun seperti takkala kita dulu mengawali karier dan usaha kita. Lalu kita bantu terus, kita feeding terus. Tidak tega membiarkan mereka bangkit sendiri, tertatih-tatih. Padahal, itulah pelajaran mahal di kampus kehidupan ini. Menjadikan anak yang kuat, fisiknya dan karakternya. Perasaan tidak tega itulah yang bisa menyebabkan lahirnya generasi manja. Jadi tega atau tidak tega? Gampang-gampang susah menanamkan karakter yang kuat untuk menuai anak sukses. Bagaimana pendapat Anda? Salam! Ali Murtadlo, Kabar Gembira Indonesia (KGI)

Tags :
Kategori :

Terkait