Modernisasi Runtuhkan THR, Surabaya Kehilangan Ikon Budaya

Senin 07-09-2020,11:10 WIB
Reporter : Aziz Manna Memorandum
Editor : Aziz Manna Memorandum

Surabaya, memorandum.co.id - Di tengah serangan hiburan modern ala kota metropolitan, kehadiran taman hiburan rakyat (THR) dan pasar malam ternyata masih mendapatkan tempat tersendiri di hati masyarakat kita. Hilangnya THR ini mendapat kritik pemerhati budaya, karena tempat itu menjadi ikon kota menjadi identitas kota yang ramah terhadap anak, dan mempertahankan publik sosial budaya. Sarana hiburan yang bernuansa edukasi, dan sarat budaya di Kota Pahlawan ini kini mulai diganti dengan permainan lebih modern sehingga rakyat mulai kehilangan identitas. Direktur Kultura Nusantara Kuncarsono Prasetyo menjelaskan, sudah seharusnya Pemkot Surabaya memperhatikan tempat pelayanan publik dan sarana hiburan rakyat. Karena untuk membangun kota, tidak hanya memperhatikan permukiman, dan pengembangan sarana ekonomi. Tetapi tidak kalah pentingnya adalah wilayah publik yang bisa dijadikan sebagai sarana rekreasi atau sarana berkreasi. Kuncar sapaan akrab alumnus Unair ini, menyayangkan pembongkaran THR dan Taman Remaja Surabaya (TRS), yang selama ini sudah menjadi ruang publik sosial budaya sejak jaman kolonial. “Kami harap setelah dibongkar, didirikan kembali sebagai ruang publik kebudayaan,” kata Kuncar pada Memorandum.co.id. Pria yang penuh inovasi dan gagasan membangun dan mempertahankan budaya Kota Surabaya ini, meminta pemkot jangan merubah fungsi dengan mementingkan kapital. Namun harus merangkul semua pihak, termasuk menyediakan banyak ruang publik untuk mempertahankan kebudayaan. Ia mencontohkan perkembangan kota di Jogjakarta. Kuncar menyebutkan seniman difasilitasi ruang publik untuk berkarya. "Pemkot jangan ngurusi hal yang sifatnya teknis. Tetapi seniman atau budayawan diberikan peran mengembangkan kreasi. Sehingga pembangunan kota dengan menggalakan budaya lokal," tutur dia. Sehingga Kuncar sangat menyayangkan pemerintah yang telah meratakan tempat wisata anak sejak jaman kolonial. "Sebetulnya mau dibuat apa, kok sampai diratakan, kan banyak kenangan di lokasi itu bagi seluruh warga Surabaya," tanyanya. Kuncar menyebutkan sarana hiburan yang benar- benar merakyat tidak terfasilitasi dengan baik. Namun pemkot masih beruntung karena ada kegiatan perekonomian kerakyatan meski bukan dikelola pemkot. Ia menyebutkan adanya bazar kampung yang mendatangkan permainan anak-anak. "Meski ala kadarnya, masyarakat kecil bisa menikmati sarana bermain anak. Seperti dermulen keliling, mandi bola keliling. Bagaimana lagi masih banyak warga Kota Surabaya yang mereka hanya mampu menikmati fasilitas seadanya," tutur dia. Selain itu, juga masih adanya kegiatan ekonomi kerakyatan di lapangan Kodam V/Brawijaya. "Tempat seperti pasar malam seharusnya dibuat pemkot, dan lokasinya menyebar baik di wilayah utara, selatan, timur, dan barat Surabaya," pungkas Kuncar.(day/tyo)

Tags :
Kategori :

Terkait