Macan Putih yang Tidak Mengaum, Tapi Mengundang Senyum

Senin 29-12-2025,08:42 WIB
Reporter : Eko Yudiono
Editor : Eko Yudiono

Viral.
Itu kata kuncinya.

Sebuah patung Macan Putih berdiri di Desa Balong Jeruk, Kecamatan Kujang, Kabupaten Kediri.
Bukan berdiri dengan taring terhunus. Bukan pula dengan tatapan maut.

Ia justru tersenyum. Gendut, Imut.
Dan jujur saja, lucu.

Warganet terkejut. Ekspektasi runtuh.
Macan kok tidak sangar?

Biasanya macan itu simbol kekuatan. Gagah. Menakutkan.
Penuh wibawa.

Namun Macan Putih Balong Jeruk memilih jalan berbeda.
Ia tidak mengaum. Ia mengundang senyum.

Di balik patung itu ada Suwari. Seorang seniman.
Dan seniman selalu punya tafsir sendiri tentang dunia.

Suwari mengaku patung itu memang dibuat demikian.
Sengaja. Bukan salah cetak. Bukan salah konsep.

BACA JUGA:Bu Cinta dan Pilihan Perpisahan

BACA JUGA:Tindakan Tegas Terukur


Mini Kidi--

Ia tidak ingin orang takut. Ia ingin orang mendekat.

Masuk akal. Karena seni tidak selalu harus galak.
Kadang justru harus jinak agar diterima.

Menariknya, ide itu datang dari mimpi.
Ya, mimpi. Tempat imajinasi bebas berkeliaran.

Dalam mimpinya, Suwari melihat wujud yang ramah.
Bulat. Tenang. Tidak mengintimidasi.

Mimpi itu lalu menjelma patung.
Macan bertubuh tambun. Wajahnya bersahabat.

Hasilnya? Ikon baru desa.

Kepala Desa Balong Jeruk, Safi’i, angkat bicara.
Pembangunan patung sudah dimusyawarahkan.

Bukan keputusan sepihak. Bukan pula proyek dadakan.

Anggaran sekitar Rp3,5 juta disepakati bersama.
Sederhana. Efisien. Tanpa ambisi berlebihan.

Tentu saja, komentar berdatangan.
Ada yang tertawa. Ada yang mencibir. Ada pula yang membela.

Namun Safi’i tidak risau. Kritik diterima.
Masukan dicatat. Evaluasi dijanjikan.

Sikap yang jarang. Di tengah dunia yang mudah tersinggung.

Justru di situlah letak kekuatannya. Patung ini sudah viral.
Sudah dikenal. Sudah menjadi penanda.

Maka membongkarnya justru sebuah kesalahan.
Karena ikon tidak selalu harus sempurna. Ikon cukup bermakna.

Biarlah Macan Putih itu tetap berdiri. Sebagai simbol persatuan.
Sebagai pengingat bahwa desa ini terbuka.

Untuk tawa. Untuk kunjungan. Untuk harapan.

Sejak viral, orang berdatangan.
Bertanya. Melihat. Berfoto.

Di situlah peluang muncul.
UMKM bisa bergerak. Souvenir bisa dibuat. Cerita bisa dijual.

Macan Putih tak lagi sekadar patung.
Ia pintu rezeki. Ia undangan wisata. Ia wajah baru Balong Jeruk.

Mungkin macan ini tidak menakutkan.
Tapi justru karena itu, ia diingat.

Dan di era media sosial, yang diingat, adalah yang bertahan.

 

Kategori :