BACA JUGA:Pertumbuhan Ekonomi Jatim Tertinggi se-Pulau Jawa, Gubernur Khofifah: Bukti Soliditas Semua Pihak
Khofifah menegaskan bahwa pelaksanaan OMC dilakukan berbasis pendekatan ilmiah (scientific based approach). Penentuan titik persemaian awan bersifat dinamis, mengikuti pergerakan awan yang terpantau melalui radar cuaca dan data satelit.
“Misalnya hari ini, rencana lepas landas pukul 11.30 WIB diarahkan ke wilayah selatan, kemudian pukul 13.30 WIB difokuskan ke wilayah utara. Titik semai disesuaikan dengan update pergerakan awan,” jelas Khofifah.
BACA JUGA:HUT ke-56 SKH Memorandum Dipenuhi Karangan Bunga dari Khofifah dan Tokoh Penting
OMC bertujuan membantu awan yang telah terbentuk agar hujan turun lebih teratur dan merata. Bahan semai yang digunakan pun ramah lingkungan, yakni CaO dan NaCl, yang disebar menggunakan pesawat khusus untuk membantu pembesaran butiran air di awan.
“OMC bukan untuk menciptakan hujan, tetapi agar hujan tidak turun terlalu deras di satu titik sehingga dapat mengurangi risiko banjir, tanah longsor, dan bencana lainnya,” imbuhnya.
Hingga 20 Desember 2025, total penerbangan OMC telah mencapai 30 sortie dengan penggunaan bahan semai 14.000 kilogram CaO dan 16.000 kilogram NaCl, serta total jam terbang mencapai 62 jam 24 menit.
Selain mitigasi melalui OMC, Gubernur Khofifah juga mengimbau masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan dan melakukan mitigasi mandiri di lingkungan masing-masing.
BACA JUGA:Kakanwil BPN Asep Heri Bahas Percepatan Program Strategis Nasional Bersama Gubernur Khofifah
“Mari bersama-sama meningkatkan kewaspadaan untuk menghindari potensi bahaya,” ajaknya.
Ia juga mengingatkan masyarakat agar menjaga lingkungan, tidak membuang sampah ke sungai, membersihkan saluran air, serta menghindari berteduh di bawah pohon besar saat hujan disertai angin kencang.
“Informasi mitigasi ini mudah diakses di berbagai platform. Semoga dengan kewaspadaan bersama, kehidupan kita tetap aman dan selamat,” pungkas Khofifah. (day)