SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Program kemanusiaan dilakukan Kelurahan Dr. Soetomo, Kecamatan Tegalsari berkolaborasi bersama warga RW 4 Kupang Panjaan dengan mendirikan dapur ceria.
Dapur ceria dibuat bertujuan memberikan makanan kepada masyarakat yang membutuhkan seperti anak yatim piatu, lansia, keluarga miskin maupun disabilitas. Program dapur ceria dilakukan dua kali dalam sebulan.
BACA JUGA:Kampung Batik Tin Gundih, Tetap Eksis dengan Edukasi ke Masyarakat
Mini Kidi--
Program dapur ceria diresmikan langsung oleh istri walikota Surabaya, Rini Indriyani pada tahun 2023 bersama lurah Dr. Soetomo, Nur Ratna Wulan Kartini Pancawardani dan Camat Tegalsari, Kartika Indrayana.
Menu makanan yang disajikan oleh dapur ceria sangat beragam dengan rasa yang begitu nikmat, pengelola dapur ceria menyiapkan 120 porsi makanan setiap kali pelaksanaan, cara pembagian menggunakan sistem kupon berdasarkan data dari ketua RT masing-masing
BACA JUGA:Kampung Daur Ulang Dupak Bandarejo Surabaya, Inovasi Ibu PKK Sulap Barang Bekas Jadi Karya Menarik
Pendanaan dapur ceria bersama dari swadaya masyarakat atau sumbangan secara sukarela, para donatur dengan ikhlas memberikan sedikit hartanya untuk memberikan bantuan berupa uang atau bahan pokok.
Ketua dapur ceria, Sumiwidajati, menjelaskan bahwa inisiatif ini muncul dari keprihatinan terhadap banyaknya warga kurang mampu yang tinggal di wilayah RW 4.
“Kami berusaha membuat supaya orang-orang bisa menikmati makanan yang disajikan oleh dapur ceria, program ini digalakkan oleh kecamatan dan kelurahan,” ujar Sumiwidajati.
BACA JUGA:Kampung ASI Talinum, Upaya Penurunan Stunting Melalui Edukasi Ibu Menyusui
Ia menambahkan bahwa awalnya pembagian makanan hanya sekitar 75 porsi karena keterbatasan dana, namun kini berkat para donatur, mereka mampu memasak hingga 120 porsi, bahkan dapur ceria kini dapat membantu RW lain yang membutuhkan.
Sumiwidajati menjelaskan kepanitiaan dapur ceria terdiri dari tujuh orang pengurus. Uniknya, proses memasak dilakukan secara terpisah di rumah masing-masing anggota, namun dengan pembagian tugas yang terkoordinasi.
“Proses memasak tidak dilakukan dalam satu lokasi karena keterbatasan tempat, jadi kita memasak di beberapa lokasi kemudian setelahnya di kumpulkan dan dimasukkan kedalam box makanan,” terangnya.
BACA JUGA:Kisah Kampung Dandang Surabaya Melawan Zaman, dari Tungku ke Pasar Global