Mohon Maaf di Rumah Saja

Rabu 20-05-2020,12:12 WIB
Reporter : Agus Supriyadi
Editor : Agus Supriyadi

  Hari Raya Idul Fitri, 1 Syawal, selalu ditunggu muslim seluruh dunia. Tak terbilang betapa bahagianya muslim di seluruh dunia melewati hari penuh kemenangan itu. Kebahagiaan ini bertahun-tahun dirasakan sejak Islam ada di muka bumi. Agama yang dibawa Nabi Muhammad SAW, nabi akhir zaman. Termasuk Islam di Indonesia. Hanya, umat muslim Indonesia merayakan Idul Fitri dengan cara sedikit berbeda. Berbeda dibanding umat Islam di belahan dunia lain. Kebanyakan umat muslim Indonesia merayakan dengan mudik, di negara lain tidaklah demikian. Bertahun-tahun mudik sudah menjadi tradisi umat muslim Indonesia. Kalau tidak mudik, rasanya seperti tidak merayakan hari raya. Serasa tidak memperoleh kemenangan, setelah menjalani ibadah puasa Ramadan sebulan penuh. Mudik juga menjadi bagian penting perjalanan hidup setiap umat muslim Indonesia. Bisa bertemu dengan orang tua, saudara, teman sewaktu kecil, teman main, teman sekolah, tetangga, dan lain sebagainya. Semua tumpek blek dengan seabrek cerita yang menyenangkan. Penuh dengan kebahagiaan dan keindahan. Intinya, mudik merupakan tradisi atau bahkan ritual yang turun temurun berlangsung di Indonesia karena mengandung unsur silaturahmi. Tegasnya, mudik sangat memberi warna bagi model ukhuwah islamiah bagi muslim Indonesia yang sarat dengan kekeluargaan, persatuan, dan persahabatan. Mudik juga menggambarkan citra bangsa Indonesia yang mengedepankan pola hidup berbeda tetapi tetap sama. Artinya, mudik adalah sebuah rutinitas masyarakat terutama umat muslim Indonesia mengamalkan Pancasila yang menjadi dasar negara. Tapi gambaran bahagia dan indah itu tak akan terjadi di Hari Raya Idul Fitri tahun ini. 1441 Hijriah. Cerminan kebahagiaan mudik tahun ini dipastikan sirna tak terlihat di masyarakat. Ini terjadi akibat pandemi virus corona yang masih mendera negeri ini. Apalagi Presiden Indonesia Joko Widodo sudah tegas melarang warga untuk mudik. Makjleb rasanya. Tak terbilang kekecewaan masyarakat atas larangan itu meski diluncurkan presiden karena perasaaan sayang sang presiden terhadap warganya. Terbayang kalau mudik gak dilarang, setiap orang bisa bertemu dengan siapa pun. Ayah bunda, saudara, tetangga, teman kecil, teman main, teman sekolah dan lainnya, tentu kontak fisik sulit terhindarkan dan akan menjadi pandangan biasa meski social distancing dan physical distancing diberlakukan atau diterapkan. Alhasil, upaya keras negara ini memutus mata rantai penyebaran virus corona dengan berbagai cara seperti PSBB (pembatasan sosial berskala besar) bisa gagal total hingga membuka peluang kembali banyak korban. Jadi, tindakan tidak mudik seperti larangan Presiden, dan merayakan serta menikmati Hari Raya Idul Fitri di rumah saja pada tahun ini sangatlah tepat. Toh mudik dengan cara lebih hebat bisa dilakukan seiring dengan kemajuan teknologi digital atau virtual yang kini sudah lazim dilakukan masyarakat, termasuk umat muslim. Selamat Hari Raya Idul Fitri 1 Syawal 1441 Hijriah. Minal aizin wal faizin. Memorandum mengucapkan mohon maaf lahir batin.., “lebaran di rumah saja”.(*) Oleh : Arief Sosiawan (Pemimpin Redaksi)

Tags :
Kategori :

Terkait