Gresik, memorandum.co.id - Imbas penyebaran coronavirus diseas 2019 (Covid-19) dirasakan oleh perajin sarung tenun di Gresik. Mereka mengeluhkan pendapatannya yang menurun drastis hingga 60 persen. Penurunan ini mereka rasakan utamanya sejak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) mulai diberlakukan.
Arya, salah satu pengusaha perajin sarung tenun mengaku bahwa bulan Ramadan tahun ini menjadi masa yang paling sulit baginya. Dengan adanya pandemi Covid-19 di Indonesia, pendapatannya pada bulan ramadan yang semula meningkat di dua minggu pertama puasa kini hanya hanya mencapai 40 persen dari tahun kemarin.
“jika dibandingkan tahun kemarin, di dua minggu pertama puasa permintaan bisa mencapai seratus kodi, saat ini sudah pertengahan puasa tapi permintaan masih di kisaran empat puluh kodi.” ujar pengusaha perajin sarung tenun yang sudah memulai usahanya sejak tahun 2004 itu.
Arya menjelaskan, penurunan ini ia rasakan sejak banyak wilayah di Indonesia, khususnya Jawa Timur yang dibatasi. Akibatnya ia tak lagi bisa memasok ke konsumen langganannya.
Guna menyiasati minimnya permintaan dari konsumen, ia mulai mencoba untuk berjualan dengan cara online. Namun ia mengaku jika cara itu tidak bisa maksimal seperti ketika dia memasok ke konsumen langganannya.
Pria yang menjadi ketua kelompok perajin sarung di Desa Wedani ini juga menjelaskan, hingga saat ini ia belum melakukan pengurangan kepada ke tiga puluh lima pegawainya. Ia hanya memberlakukan pengurangan jatah kerja. Jika dalam seminggu para pegawainya bisa mengerjakan sarung tenun semampunya, kini hanya dibatasi dua sampai tida sarung per minggu. Hal itu ia lakukan karena menumpuknya sarung di gudang dan bahan baku impor dari China yang kini di stop.
Arya juga menambahkan, jika keadaan ini tak segera berakhir maka akan muncul kemungkinan ia harus mengurangi pekerjanya. “ya jika dilihat keadaan terus seperti ini, mungkin saja akan ada pengurangan pegawai.” ujarnya. (dev/har/gus)