"Kurangnya dukungan finansial dapat menyebabkan mereka enggan untuk mengajukan proposal penelitian, menghadiri seminar ilmiah, atau berpartisipasi dalam proyek riset yang membutuhkan biaya tambahan," paparnya.
Oscarius menambahkan, kebijakan efisiensi anggaran dalam sektor pendidikan harus mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap kualitas pendidikan tinggi.
Menurutnya, pemerintah perlu mencari solusi alternatif dalam mengelola anggaran tanpa mengorbankan kesejahteraan para dosen yang termasuk dalam kategori middle class.
"Pengurangan tunjangan dosen non-PNS sebesar 25 persen berpotensi menurunkan motivasi, kualitas pengajaran, serta produktivitas penelitian yang berdampak langsung pada kualitas lulusan," tuturnya.
"Tampaknya langkah memotong anggaran pada Kemendikbudristek perlu dikaji ulang untuk menjaga kualitas pendidikan tanpa harus mengorbankan kesejahteraan dosen yang merupakan pilar utama dalam ekosistem akademik," sambung Oscarius. (bin)