SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jatim Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Khakim memaknai nomor urut 1 sebagai filosofi kemenangan di kontestasi Pemilihan Gubernur Jatim 2024.
BACA JUGA:Luluk-Lukman Nomor 1, Khofifah-Emil Nomor 2, Risma-Gus Hans Nomor 3
Luluk-Lukman resmi ditetapkan KPU Jatim dalam rapat pleno terbuka pengundian dan penetapan nomor urut Pilgub Jatim di Hotel Mercure Surabaya, Senin 23 September 2029.
"Saya sangat berbahagia sekali dan Mas Lukman. Kami berdua telah mendapatkan nomor urut satu," kata Luluk dalam sambutannya.
BACA JUGA:Cagub Luluk-Cawagub Lukman Janji Tuntaskan Problem Kemiskinan Jatim
Luluk menyampaikan, bahwa nomor satu adalah kemenangan yang memiliki filosofi kompleks. Semua pihak seringkali disatukan dengan seruan satu.
"InsyaAllah kita punya tekad yang sama, kita akan punya satu nyali, punya satu jiwa, ada satu barisan, satu gerakan. Nah ini yang akan menjadi modal dasar untuk bisa membangun Jatim," ujarnya.
BACA JUGA:Duduk di Kursi Gubernur Jatim, Ning Luluk Siap Kembangkan Pesantren
Ketua Umum Kopri PB PMII ini bahwa semangatnya semakin bertambah setelah mendapat nomor urut 1. Ia meyakini mampu memberikan semangat perubahan untuk Jatim yang lebih maju, masyarakatnya makmur.
"Gak ada cara lain kecuali memang kita benar-benar mau berubah. Kalau kita ingin mengurangi angka kemiskinan, di mana Jatim masih menjadi provinsi dengan jumlah penduduk miskin yang terbesar di Indonesia. Masa iya kemudian ini mau dilanjutkan," kata dia.
BACA JUGA:Harta Kekayaan Luluk Nur Hamidah, Cagub Jatim dari PKB
Mbak Luluk menuturkan angka pengangguran di Jatim dikatakannya sangat tinggi. Kondisi tersebut sebenarnya tidak sejalan dengan posisi geografis Jatim yang memiliki banyak potensi.
Ia menegaskan Jatim memiliki kekuatan agraris maritim. Kesuburan tanah dan kekayaan alam begitu melimpah yang idealnya dapat menampung jutaan pekerja. Namun yang terjadi malah kondisi yang sebaliknya.
BACA JUGA:PKB Siapkan Luluk Nur Hamidah-Lukmanul Penantang Khofifah-Emil
"Sekarang angka partisipasi di dunia kerja itu justru disumbangkan lebih banyak oleh mereka yang lulusan SD 42 persen. Sementara yang lulusan SMA sama SMK itu justru penyumbang tingkat pengangguran terbuka," jelas Mbak Luluk. (day)