SURABAYA, MEMORANDUM-PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi (UID) Jawa Timur telah menghadirkan elektrifikasi di sektor pertanian. Hasilnya, elektrifikasi terbukti telah memberikan dampak positif bagi pertanian.
Di Nganjuk, misalnya. Selama lima tahun terakhir mencatat pertumbuhan positif setelah sebanyak 2.494 petani beralih menggunakan listrik PLN.
Salah satu petani yaitu Sumartono (62) dari Dusun Mojorebun, Nganjuk, menjelaskan dampak ekonomis pasca beralih dari diesel ke listrik PLN.
BACA JUGA:DPC PDI-P Usulkan Empat Nama Calon Ketua DPRD Ngawi
"Jika sebelumnya pengairan menggunakan diesel selain lebih mahal juga susah mendapat bahan bakarnya. Dalam satu kali penyiraman kebutuhan bahan bakar diesel mencapai 3 liter atau senilai Rp27 ribu, sementara untuk listrik PLN hanya membutuhkan Rp5 ribu. Penghematan mencapai 81 persen," kata Sumartono, Rabu, 29 Mei 2024.
Pengakuan petani tersebut pun memantik respons positif dari banyak kalangan terhadap upaya pemerintah, dalam hal ini melalui PLN, yang melakukan elektrifikasi pertanian. Diantaranya datang dari anggota DPD RI terpilih asal Jawa Timur, Dr Lia Istifhama atau yang kerap disapa Ning Lia.
BACA JUGA:Satreskrim Polresta Sidoarjo Sosialisasi Cegah KDRT dan Pelecehan Seksual
“Elektrifikasi yang digalakkan pemerintah menunjukkan Indonesia terus gaspol menuju kedaulatan pangan, yang mana salah satu indikator utama adalah kolaborasi strategi dengan kemajuan teknologi. Elektrifikasi atau proses powering menggunakan listrik misalnya, menunjukkan upaya kemanfaatan teknologi untuk kemudahan bagi petani melakukan proses pengairan dalam bertanam,” kata Ning Lia dihubungi.
“Bahkan bukan hanya petani, peternak dan pelaku perkebunan pun banyak yang menunjukkan respon positif selama mengadopsi program Electricfying Agriculture (EA) yang digulirkan PT PLN. Ikhtiar dan support positif dari pemerintah, tentu menjadi stimulus kuat mengapa Indonesia semakin dekat dengan kedaulatan pangan,” sambungnya.
Dikenal dengan tagline peran CANTIK yang disebutnya sebagai padanan kata cerdas, inovatif, kreatif, Ning Lia juga menyebut pentingnya regenerasi petani.
“Dalam Islam, ada istilah syubbanul yaum rijalul ghod, bahwa pemuda masa ini adalah pemimpin masa depan. Dengan begitu, regenerasi adalah keniscayaan, termasuk dalam hal pertanian. Di mana kedaulatan pangan akan tercipta jika pertanian terus terolah secara optimal, dan pengolahan ini tentu kelak di tangan generasi muda. Milenial maupun genzy, sangat diharapkan mau menjadi penerus pejuang tani untuk warisan negeri ini.”
“Nah, untuk memantik semangat para petani muda, dukungan pemerintah melalui modernisasi alsintan atau alat dan mesin pertanian, menjadi variable penarik minat atau preferensi generasi muda untuk menjadi petani,” tandasnya.
Bukan hanya memberikan respons positif terhadap elektrifikasi pertanian tersebut, keponakan Khofifah yang meraih suara tertinggi nasional kategori senator perempuan non petahana tersebut juga memberikan apresiasi terhadap program korporasi tani Pemprov Jatim yang digagas Pj Gubernur Adhy Karyono.
"Sangat solutif apa yang disajikan Pemprov Jatim melalui korporasi tani demi menguatkan eksistensi Jatim sebagai lumbung pangan dan sekaligus menyelesaikan masalah yang muncul di lapangan. Melalui efektivitas kerjasama intraprovinsi dalam ketersediaan pasokan dengan harga terjangkau, yang tentu tetap menjaga kualitas, maka bukan hanya Jatim sedang berikhtiar mengendalikan inflasi, tapi juga menguatkan food estate dan contract farming,” tutur dia.
Di akhir, dirinya pun menjelaskan detail food estate dan contract farming dengan korporasi tani.