Surabaya Terancam Darurat Sampah, Volume Harian Tembus 1.800 Ton
Sampah hasil kerja bakti warga sejak Minggu lalu masih dibiarkan menumpuk di Jalan Raya Dukuh Kupang.--
SURABAYA, MEMORANDUM.CO.ID - Kota Surabaya kini berada di bawah bayang-bayang ancaman darurat sampah. Dengan volume timbunan sampah harian yang terus melonjak hingga 1.800 ton, sementara daya tampung Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Benowo semakin menipis, langkah serius dan terobosan baru dinilai mendesak untuk segera diimplementasikan.
Anggota Komisi C DPRD Surabaya, Rabbany Al Yunifar, jika prihatinan atas kondisi yang menurutnya sudah masuk ke level krisis ini.

Mini Kidi--
"Kalau tidak ada terobosan baru, Surabaya bisa darurat sampah dalam waktu dekat," tegasnya.
Ia memaparkan data terbaru dari Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Surabaya yang menjadi sinyal bahaya bagi kota Pahlawan.
"Penanganan sampah sudah sangat mendesak. Surabaya menghasilkan hampir 2.000 ton sampah per hari. Sementara TPA Benowo, yang setiap hari menerima 1.400 hingga 1.500 ton sampah, secara teknis kapasitas idealnya hanya untuk 1.000 ton," ujar Rabbany.
BACA JUGA:Sampah di Luar Kerja Bakti Surabaya Bergerak Tak Akan Diangkut
Menghadapi situasi genting ini, Rabbany mendorong Pemkot Surabaya untuk segera mempersiapkan dan menerapkan alternatif pengelolaan sampah yang lebih modern dan efektif.
"Pemkot harus mempersiapkan opsi lain, termasuk percepatan teknologi waste to energy dan perluasan kampung zero waste di lebih banyak kecamatan sebagai solusi jangka panjang," jelasnya.
BACA JUGA:Gunungan Sampah di Jalan Banyu Urip Surabaya Akhirnya Diangkut
Menurutnya, kunci untuk mencegah krisis sampah total adalah kolaborasi nyata antara tiga pilar antara lain pemerintah, warga, dan dunia usaha. Ia menegaskan bahwa tanggung jawab ini tidak bisa hanya dibebankan pada satu pihak.
"Pencegahan darurat sampah hanya bisa tercapai kalau pemerintah, warga, dan dunia usaha bahu-membahu secara nyata. Ini tanggung jawab bersama. Mari jadikan Surabaya kota percontohan pengelolaan sampah dan lingkungan hidup dengan aksi, bukan sekadar slogan," tandasnya.
Pihaknya juga mengapresiasi berbagai upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya.
BACA JUGA:DLH dan Satpol PP Surabaya OTT Pembuang Sampah di Kedung Cowek
Program seperti bank sampah yang kini berjumlah sekitar 600 unit aktif, gerakan pemilahan sampah, serta implementasi Perwali No. 16/2022 tentang pengurangan penggunaan plastik yang diklaim berhasil menekan sampah plastik hingga 22 persen, merupakan langkah positif.
Namun, ia menilai upaya tersebut belum cukup untuk membendung laju produksi sampah yang masif.
"Kolaborasi warga harus makin diperkuat. Gerakan pengelolaan sampah berbasis komunitas harus lebih masif dan menjadi gaya hidup harian, bukan sekadar program seremonial," katanya.
Selain itu, Rabbany menyoroti pentingnya pengawasan yang lebih ketat terhadap produsen dalam pengelolaan limbah dan kemasan plastik sekali pakai yang mereka hasilkan.
Sumber:



