Terjepit di Antara Pemburu Raudoh
Salah satu tempat istimewa di Madinah adalah Raudoh yang ada di dalam Masjid Nabawi. Tapi untuk mencapainya, butuh perjuangan. Bahkan beberapa orang jemaah umrah Memorandum sempat terjepit. Inilah catatan Dian Maulida Rachmawati Wartawan Memorandum. Menjelang adzan Salat Tahajud, jemaah tiba di Madinah. Satu jam kemudian, adzan subuh berkumandang. Jemaah tak sempat mandi, langsung ambil wudlu dan berangkat ke Masjid Nabawi. Hari pertama di Madinah, selepas subuh, jemaah selalu bergairah memburu Raudoh, kawasan doa mustajabah dekat makam Nabi Muhammad SAW. Tapi pagi itu, pihak penyelenggara tidak menjadwalkan ke Raudoh. Ziarah Raudoh baru akan dilaksanakan malam hari, mengingat masih banyak jemaah yg lelah dalam perjalanan. Raudoh adalah taman surga. Banyak ulama mengatakan, berdoa di Raudoh itu mustajabah (mudah terkabul). Karena Raudoh adalah sebagian dari taman surga. Sebagaimana hadis Nabi Muhammad SAW, antara rumah dan mimbarku adalah Raudoh, sebagian dari taman surga. Setelah Isya, jemaah berkumpul di lobby hotel. Travel menyediakan dua mutawif, pria dan wanita. Setelah mendapat briefing sejenak, dua rombongan jemaah, pria dan wanita inipun berpisah menuju Raudoh. Ibu Nafsiah Dahlan Iskan sempat mengingatkan kepada jemaah wanita agar saling menjaga saat salat. Direktur Memorandum H Choirul Shodiq, juga mengingatkan jemaah agar sabar saat di tengah antrean. "Jangan takut tidak kebagian Raudoh, semua akan mendapat giliran,” tegasnya. Oleh karena itu, sambung Shodiq jangan memaksakan. Bila memang membahayakan tubuh, pesannya agar jamaah diharapkan mundur mengatur strategi berikutnya. Di tempat antrean jemaah pria, ternyata bukan padat merayap, tapi macet total. Ali Murtadlo, jemaah asal Surabaya, sempat mengurungkan niat ke Raudoh. "Hampir dua jam, tak ada pergerakan. Saya dan teman teman akhirnya balik ke hotel," ujar Ali yang juga Direktur JP Books ini. Di tempat antrean jemaah wanita, ternyata lebih parah. "Situasinya mencekam. Banyak ibu-ibu terjepit, hampir tak bisa bernafas. Untung nggak sampai lama. Kalo saja lebih dari 15 menit, diperkirakan banyak yang jatuh korban," kata Avida Zulfia, jemaah asal Sidoarjo. Menurut Avida, situasi mencekam itu bermula dari datangnya sekelompok wanita bertubuh besar warga Turki dan sekitar Arab yang memaksakan masuk di tengah kerumunan antrian. Karena kekuatan mereka bersamaan, maka banyak jemaah asal Indonesia terjepit di tembok. "Untung nggak ada yg terinjak," ujar Devi Agustin Priassetya, jemaah Memorandum yang jadi saksi tragedi itu. Beruntungnya, jemaah wanita peserta umrah Memorandum ini masih bisa salat di Raudoh setelah menunggu hingga tengah malam. Sementara jemaah prianya harus datang lagi pukul 01.00 malam. "Saya dan pak Ali Murtado, akhirnya bisa masuk Raudoh hampir jam 02.00 dini hari," ujar H Shodiq. Direktur Bakkah H A Bajuri mengatakan bahwa seringkali antrean Raudoh ini memakan korban, terutama di tempat jemaah wanita. "Itu sebabnya, kami selalu menempatkan mutawwifah (pemandu wanita) untuk mendampingi jemaah," ujar Bajuri. Secara umum, jemaah umrah Memorandum-yang bekerja sama dengan Bakkah travek dapat menikmati ibadah di Madinah. Apalagi cuacanya sangat mendukung, laksana berada di Batu-Malang. Suhu udara sekitar 25 derajat di malam hari dan 22 derajat di pagi hari membuat jemaah semakin giat beribadah di masjid nabi ini. (*/tyo)
Sumber: