Bertahap Namun Pasti

Bertahap Namun Pasti

H. Puguh Wiji Pamungkas, MM--

Oleh : H. Puguh Wiji Pamungkas, MM
Presiden Nusantara Gilang Gemilang
Founder RSU Wajak Husada

Dalam surat Al-Isra’ ayat 106 Allah SWT berfirman Al-Qur’an Kami turunkan berangsur-angsur agar engkau (Nabi Muhammad) membacakannya kepada manusia secara perlahan-lahan dan Kami benar-benar menurunkannya secara bertahap.

Dalam surat yang lain di surat Al-Furqan ayat 32-33 Allah SWT juga berfirman “Orang-orang yang kufur berkata, “Mengapa Al-Qur’an itu tidak diturunkan kepadanya sekaligus?”

Demikianlah, agar Kami memperteguh hatimu (Nabi Muhammad) dengannya dan Kami membacakannya secara tartil (berangsur-angsur, perlahan, dan benar)”.

Al-Quran telah memberikan banyak pelajaran kepada kita semua sebagai kaum muslimin, begitu juga sepanjang peristiwa bersejarah yang dialami oleh Nabi Muhammad SAW sejak beliau lahir hingga mandat kenabian itu beliau terima.

23 tahun bukanlah waktu yang singkat bagi beliau dalam mengemban amanah sebagai seorang Nabi dan Rasul, menerima wahyu Al-Quran dari Allah SWT, mengajarkannya dan mengimplementasikannya.

Dalam kehidupan kita harus meyakini akan sebuah prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari seseorang adalah akhir dari hidupnya.

Maka, persoalan paling berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi bagaimana kita bisa memiliki endurance dalam perjalannya dan bertahan di puncak gunung itu.

Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan mempertahankannya, adalah dua misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada kapasitas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda pada proses-proses psikologisnya, berbeda pula pada ukuran keberhasilannya.

Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-jebakan kesuksesan (succes trap), seperti rasa puas yang berlebihan atau perasaan menjadi besar dengan kesuksesan yang telah kita raih.

Kita harus mempertahankan obsesi kita dengan melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi akan balasan di akhir hayat.

Disinilah konsistensi dibutuhkan, konsistensi ini ibarat puncak dari rangkaian pemahaman mendalam akan konsep diri, kedalaman berfikir dan kebulatan tekad kita.

Semakin medalam pemahaman kita, maka semakin konsiten kita dan bertahap namun pasti. (*/ari)

Sumber: