Catatan Bersama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (6) - Salat Jumat di Rooftop
Rooftop Masjid Nabawi--
Oleh : Choirul Shodiq
Selama dua hari jamaah Memorandum, bisa bersama Abah Dahlan Iskan, di Madinah. Bisa bareng salat ke masjid, cangkrukan, atau jalan jalan di seputaran masjid Nabawi.
Bahkan saat salat jumat, kami bersamanya ke masjid Nabawi. Kali ini kami sepakat memilih ikut berjamaah di rooftop, di atas atap masjid.
Tahun lalu, saya sudah pernah mencobanya, berjamaah salat asar. Usai salat, saya tidak turun. Sengaja ingin menikmati sensasi senja di atas masjid Nabawi.
Juga ingin melihat sunset dari tempat itu. Ternyata tidak bisa melihatnya, karena terhalang oleh dinding pagar.
Meski gagal melihat sunset, saya tetap tidak turun. Ingin merasakan salat berjamaah magrib di rooftop, yang dingin oleh hembusan AC, di bawah tenda.
BACA JUGA:Catatan Bersama Abah Dahlan ke Tanah Suci (4) - Masjid Al-Ghamamah
BACA JUGA:Catatan Barsama Dahlan Iskan ke Tanah Suci (5) - Antrean ke Roudhah
Saat salat jumat lalu, kami juga ditemani Mas Bajuri, direktur travel Bakkah. Kami bersama sama menuju ke rooftop.
Ternyata saat itu sudah banyak juga yang ingin ke rooftop.
Terjadi antrian panjang dan berjubel di pintu masuk pintu samping menuju eskalator.
Menghindari antrian, kami sepakat lewat tangga saja.
Itung itung sekalian olah raga.
Di Indonesia, kami biasa olah raga bareng Abah Dahlan.
Setiap hari kami melakukan senam bersama komunitas Dahlan Iskan Style. Di Rumah Gadang, Jl Injoko di Surabaya, kami senam dengan durasi satu jam.
Setiap hari. Kecuali hari Minggu, saya senam dengan komunitas saya di komplek perumahan.
Dahlan Iskan saat berada di rooftop Masjid Nabawi--
Bersama puluhan warga RW 9 Griya Kebraon, Karangpilang, Surabaya, kami senam ala Dahlan Iskan Style. Dari minggu ke minggu jumlah pesertanya terus bertambah.
Alhamdulillah. Karena sering olah raga, sehingga naik tangga yang tingginya sekitar 10 meter lebih itu, nyaris tak terasa.
Nyampai di rooftop, ternyata sudah banyak jamaah salat jumat yang datang. Mereka memburu tempat di tenda tenda dan payung, di atas masjid.
Payung dan tenda tenda itu, di pasang mengitari masjid.
Bagian tengah masjid, tidak bertenda.
Di bagian tengah itu kami bisa melihat langit biru kota Madina, dari rooftop atap masjid Nabawi.
Kami lalu memilih mendengarkan hutbah, di dekat dinding menara. Mencari tempat yang teduh, menghindari sengatan mata hari.
"Untung Anda pakai kaca mata hitam Diq," seloroh Abah Dahlan, kepada saya yang tidak lepas dari kaca mata hitamnya, pasca operasi mata beberapa waktu lalu.
Sementara Bajuri, hanya senyum, sambil mengacungkan jempol tangannya. Seraya berujar "Betul bos"
Dahlan Iskan dan Choirul Shodiq--Usai salat jumat, saya melihat kubah masjid, yang sekitar 6 meter di atas kepala saya itu bergeser. Menara tersebut, menaungi tempat duduk kami tadi, saat mendengarkan hutbah.
Beberapa menara yang ada di sekitar tempat salat itu bergeser, ke timur. Sinar mata hari bisa menembus langsung ke dalam masjid.
Ketika gubahnya bergser, di beberapa ruang tertentu di dalam masjid menjadi makin terang. Mendapatkan pencahayaan langsung dari sinar mata hari.
(Bersambung)
Sumber: