Kisah Kasih Kisruh Pernikahan Segitiga Sama Kerabat (2)
Tidak Bersedia Dinikahi secara Resmi, Takut Disebut Pelakor Yuli Setyo Budi, Surabaya Pilihan Badar ternyata bukan orang jauh dari keluarga Wanda. Masih kerabat. Mindoan sang istri. Namanya sebut saja Wiwik. Dia janda lumayan muda. Usianya sekitar 36 tahun. Anaknya satu. “Tapi Wiwik tidak mau dinikahi secara resmi. Dia hanya mau dinikahi siri,” kata Azis. “Kok aneh Taz?” tanya Memorandum. “Entahlah. Alasannya, Wiwik tidak mau dinilai sebagai pelakor. Perebut laki orang. Apalagi kerabat sendiri,” kata Azis. Wiwik juga minta pernikahannya dengan Badar dilakukan secara diam-diam. “Setelah menikah, Wiwik tidak mau tinggal bersama di rumah Badar dan Wiwik di Mojokerto kota. Dia minta tinggal di vila Badar di daerah sini (Pacet, red),” kata Azis. Waktu itu kami memang sedang jagongan di musala pondok pesantren milik Azis di Pacet. Akhirnya pernikahan Badar vs Wiwik dilakukan. Tidak banyak yang hadir sesuai permintaan Wiwik. Hanya ada Badar, Wanda, Wiwik dan kakak lelakinya, Ustaz Azis, dan dua santri ustaz yang bertindak sebagai saksi. Teng! Sejak itu Badar harus mengendalilkan dua biduk rumah tangga. Yang satu vs Wanda, yang satu vs Wiwik dan anaknya. Alhamdulillah semua berjalan lancar. Tidak sampai ada gelombang yang menghempas biduk-biduk tadi. Hanya ada riak-riak kecil, dan itu bisa dihalau dengan sikap kedewasaan dan kesabaran. Dua-duanya harmonis. Tidak ada saling iri. Tidak ada saling dengki. Tiga bulan berlalu. Wiwik hamil. Badar mulai tidak mampu memegang kemudi bahtera secara imbang. Dia menjadi lebih sering mengarahkan laju biduk ke vila di Pacet ketimbang pulang ke rumah Wanda. Wanda protes. Semula hanya ditujukan kepada Badar, namun lambat laun juga disampaikan kepada Wiwik. “Mereka sempat rebutan. Seperti anak kecil berebut mainan,” kata Azis, lantas tersenyum. Wiwik tidak mau disalahkan, karena semua ini berawal dari permintaan Wanda. Karena itu, Wanda harus mau menerima risiko apa pun yang terjadi. Apa pun itu yang berkaitan dengan masalah ini. Badar beralasan sengaja lebih sering mengunjungi Wiwik agar bisa ikut menjaga bayi yang ada di perut istri keduanya itu. “Mungkin Wanda cemburu. Jujur saja, Wiwik memang lebih cantik dibanding Wanda,” bisik Azis seolah ada banyak orang di sekitar kami. Untuk menyelesaikan masalah, mereka bertiga berkonsultai ke ponpes Azis. Oleh ustaz yang sering diajak memandu umrah ini, mereka diminta introspeksi diri. “Makanya saya tidak mau pernikahan kami dilakukan terbuka. Takut terjadi seperti ini,” kata Wiwik dalam pertemuan itu. Wiwik tidak yakin kaum perempuan sanggup berbagi cinta dengan alasan apa pun. Dengan siapa pun. “Hanya perempuan kekasih Allah yang bisa melakukannya. Dia ikhlas terhadap hidupnya. Maaf, sejak awal aku tidak melihat hal itu di wajah Mbak Wanda,” kata Wiwik sambil menatap tajam mata Wanda. (bersambung)
Sumber: